Rabu 31 Jul 2013 03:41 WIB

Kesetiaan dan Teladan Muslim Lipka Tatar

Rep: Agung Sasongko/ Red: Dewi Mardiani
Muslim Polandia berpose di depan pintu gerbang Islamic Center.
Foto: http://2.bp.blogspot.com
Muslim Polandia berpose di depan pintu gerbang Islamic Center.

REPUBLIKA.CO.ID, BIALYSTOK -- Kulit yang disedikit gelap menjadi ciri khusus keturunan Tatar Turki di Polandia. Bronislaw Talkowski, merupakan satu contohnya. Tak seperti warga Polandia lainnya yang lebih mirip menyerupai orang Slavia, justru Talkowski lebih mirip dengan warga Tatar di Asia Tengah.

Karena kemiripannya ini, ia tergolong Lipka Tatar. Nenek moyangnya pertama kali tiba di Polandia pada enam abad silam. Mereka disebut Lipka karena nenek moyangnya tiba di Kriema, atau Lipka dalam bahasa Lithuania. Di daerah ini, mereka mendapat pelatihan militer dari penguasa Mongol, Jenghis Khan.

Kala itu, Jenghis Khan tengah berekspansi ke Eurasia termasuk kekalifahan Abassiyah ketika itu.Memasuki abad ke-19, mereka mulai mendapatkan status istimewa ketika pesemakmuran Polandia-Lithuania dibentuk. Mereka selanjutnya berasimilasi, sehingga jumlah ribuan orang dan kini, mereka tersebar di Lithuania, Polandia, dan Belarus.

Ketika pecah perang dunia ke-2, mereka menjadi bagian dari unit khusus militer Polandia. "Kami setia, meski sebenarnya kami sulit memiliki pengaruh ditengah dominasi ras tertentu. Di sini ada ancaman, ini jadi efek dari asilimasi itu," kata dia.

Berbeda dengan minoritas lain, Muslim Tatar Polandia terhindari dari sejarah tragis. Di Polandia, komunitas Yahudi menjadi korban genosida. Kini, imigran Muslim asal Timur Tengah dan Cechnya telah memicu kekhawatiran sayap kanan.Tomasz Aleksandrowicz, pimpinan Muslim Tatar Polandia mengatakan posisi Muslim Tatar banyak membantu umat Islam beradaptasi dengan Polandia.

Umat Islam tak lagi mengorbankan keimanan mereka guna diterima di Polandia. "Tatar juga Muslim, kami tahu bagaimana adaptasi yang baik," kata dia, seperti dilansir dari Radiofreeeurope.

Sejauh ini, pemerintah Polandia telah memberikan pendidikan secara gratis. Namun, itu belumlah cukup mengingat masih banyak terjadi kekerasan terhadap Muslim di Polandia. Ini tentunya, membutuhkan program asimilasi yang berkesinambungan. "Dahulu kami butuh berabad-abad lamanya untuk menjadikan Polandia baik bagi kami. Jadi, tidak bisa terjadi semalam saja," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement