REPUBLIKA.CO.ID, BENGKULU -- Kepala Bidang Urais dan Binsyar Kanwil Kementerian Agama Provinsi Bengkulu, Herman Yatim, mengatakan bahwa arah kiblat Masjid Raya Bengkulu bergeser 10 derajat dari tekstur bangunan masjid.
"Pada saat peristiwa istiwa, kalau di sini peristiwa terjadi pukul 16.18 WIB karena perbedaan waktu dengan Arab Saudi berbeda empat jam, kami mencoba melihat apakah arah kiblat Masjid Raya Bengkulu telah sesuai,'' kata Herman di Bengkulu pada Jumat.
''Setelah diukur, arah kiblat ternyata mengarah 10 derajat ke arah utara dari kiblat bangunan masjid," katanya.
Dengan diketahuinya arah kiblat yang tepat, sajadah untuk salat yang berada di masjid bergeser 10 derajat menghadap lebih ke kanan dari tekstur bengunan masjid.
Dia menjelaskan bahwa pihaknya memakai sebilah tongkat yang digunakan untuk melihat arah bayangan matahari dengan cara meletakkan tongkat tegak lurus di tempat datar pada saat peristiwa istiwa.
Maka, bayangan tongkat yang terkena sinar matahari akan menunjukkan arah kiblat. Pada saat itu matahari tepat berada tegak lurus di atas Kabah.
"Pada tanggal 28 Mei pukul 12.18 waktu Arab Saudi, posisi matahari tepat berada tegak lurus di atas Kabah Kota Mekah. Ini dinamakan peristiwa istiwa,'' kata Herman. ''Pada saat itu, kita bisa menentukan arah kiblat yang tepat mengarah ke Kabah.''
Dia mengatakan bahwa peristiwa matahari tepat tegak lurus di atas Kabah terjadi dua tahun sekali, yaitu pada 28 Mei pukul 12.18 waktu Arab Saudi serta 16 Juli pukul 12.27 waktu setempat.
Dengan memanfaatkan peristiwa alam ini, masyarakat dapat memperbaiki arah kiblat shalat sehingga nantinya shalat benar-benar menghadap kiblat.
"Dengan peristiwa alam ini, semoga masyarakat dapat menentukan arah kiblat yang benar atau bisa juga minta bantuan Kemenag untuk menentukan dengan menggunakan hitungan serta GPS," katanya.