REPUBLIKA.CO.ID, -- Ia menambahkan, ketika tranportasi ini semakin mudah dari kota ke kampung, maupun sebaliknya, hasil potensi bumi maupun bentuk pemberdayaan masyarakat dapat dipasarkan ke kota.
“Inilah solusi untuk pengembangan potensi ekonomi masyarakat yang ada di pedalaman. Sehingga ada kesan dari masyarakat, Islam mampu memberi perubahan dalam hal ekonomi,” jelasnya.
Ustadz Fadzlan menyebutkan kapal dakwah ketiga ini bukan semata milik AFKN. “Kapal ini merupakan aset umat Islam yang diamanahkan kepada AFKN,” kata Ustadz Fadzlan di hadapan wartawan di Jakarta (8/5).
Kepada wartawan, Ustadz Fadzlan mengatakan, kerja dakwah merupakan kerja bergengsi di mata Allah SWT. “Kerja yang dilakukan Nabi Muhammad saw dan sahabat. Dan, kami juga ingin melakukan itu,” papar Ustadz Fadzlan.
Hanya dakwah, ulas Ustadz Fadzlan, yang bisa menyebarkan keselamatan. “Ambisi kami adalah bagaimana dakwah ini bisa terus berkembang di Nuu Waar,” ungkap Ustadz Fadzlan.
Menurut Ustaz Fadzlan, untuk mengembangkan dakwah di Nuu Waar, tak cukup hanya tiga kapal dakwah. Masih perlu banyak kapal dakwah untuk memenuhi laju dakwah yang sangat luas . “Setidaknya perlu ada 50–60 buah kapal dakwah.”
Mengenai spesifikasi kapal dakwah ketiga, Riki Hendra, Direktur CV Ritho Global mengatakan, kapal dakwah ini mampu menampung penumpang sebanyak 70 orang dan barang sebanyak 30 ton.
“Saat ini pengerjaan sudah berjalan selama satu bulan, insya Allah akan kami usahakan akan selesai dalam tiga bulan ke depan,” terang Riki.
Kapal yang menelan biaya sebesar Rp 1,8 Milyar ini, ujar Riki, baru saja menyelesaikan proses pembuatan lambung kapal. Setelah selesai proses pembuatan, kapal yang akan menggunakan mesin Yanmar 80hp ini, segera diluncurkan menuju Nuu Waar.