REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Muslim Amerika Serikat meminta publik tidak berasumsi soal bom Boston. Sebab, asumsi tersebut akan menyudutkan umat Islam.
"Jelas apa yang terjadi kemari menarik perhatian," kata Naeem Baig, Presiden Lingkar Islam Amerika Utara (ICNA) seperti dikutip The Huttingpost.com, Senin (29/4).
Menurut Baig, permintaan itu saat ini telah direspon media massa AS. Itu terlihat dari tidak adanya asumsi di setiap pemberitaan yang ada. "Saya melihat pendekatan yang sangat hati-hati dan seimbang dari media. Ini menunjukan tanggung jawab yang besar," katanya.
Namun, harapan itu tentu tidak berjalan mulus, ada saja pihak yang ingin memanfaatkan kesempatan untuk mencari perhatian publik. Anggota Kongres perwakilan negara bagian Iowa, Steve King misalnya. Ia sempat mengeluarkan komentar sinis.
"Kita perlu memeriksa latar belakang 11 atau 20 juta orang (imigran) yang ada disini. Karena tidak ada yang tahu siapa mereka," sindir King.
Berbicara tentang pemboman di Program Club 700, penginjil AS, Pat Robertson mengatakan, jangan bicarakan Islam sebagai agama perdamaian. Sebab hal itu tidak mungkin, katanya.
Direktur Kampanye Shoulder to Shoulder, aliansi antar agama nasional, mengatakan, diskriminasi terhadap Muslim telah menjadi dinamika nyata di AS. Ketika ada kasus yang terkait dengan ekstrimis Muslim maka akan naik ekskalasi diskriminasi yang terjadi.