Rabu 20 Feb 2013 15:35 WIB

Potret Islam di Negeri Kuno Mali (4-habis)

Rep: Afriza Hanifa/ Red: Heri Ruslan
 Masjid Agung Djenne di Mali, Afrika Barat.
Foto: sacredsites.com
Masjid Agung Djenne di Mali, Afrika Barat.

REPUBLIKA.CO.ID, Masjid Lumpur

Sebelumnya disebutkan terdapat sebuah masjid yang terbuat dari lumpur, yakni Masjid Sankore di Timbuktu. Namun terdapat sebuah masjid yang lebih terkenal dan jauh lebih besar yang juga terbuat dari lumpur. Masjid Agung Djenne, demikian nama masjid tersebut.

Masjid yang dibangun di abad ke-13 tersebut seluruhnya terbuat dari lumpur. Ini lah bangunan lumpur terbesar didunia yang berlokasi di Kota Djenne. Bersama Kota Tua Djenne, masjid ditetapkan menjadi situs warisan dunia UNESCO pada tahun 1988.

Meski terbuat dari lumpur, bukan berarti bentuknya tak berarturan. Masjid Djenne ini bahkan memiliki gaya arsitektur Sudano-Sahelian. Namun akibat banjir dari Sungai Bani, struktur masjid saat ini merupakan hasil renovasi di tahun 1907, sedikit digubah dari awal dibangunnya pada abad ke-13.

Kemudian di tahun 1893, kondisi masjid poranda sejak pasukan Perancis mengambil alih kota. Namun di tahun 1906, pemerintah Prancis membangun kembali masjid dengan mengerahkan kerja paksa penduduk setempat.

Pasca renovasi yang selesai di tahun 1907, masjid mengalami beberapa perubahan bentuk. Jumlah menara yang sebelumnya berjumlah dua ditambah satu agar simetris. Tiga menara tersebut berada di arah kiblat. Karena renovasi dilakukan oleh Prancis, beberapa pengamat menilai gaya masjid sedikit dipengaruhi gaya gereja namun dengan desain dasar khas Afrika serta gaya lancip seperti landak. Namun bentuk kerucut masjid juga disebut-sebut menyerupai bentuk candi.

Adapun untuk mengantisipasi banjir, masjid memiliki platform berukuran 75 kali 75 meter yang berada pada ketinggian tiga meter dari ketinggian lokasi pasar centra Djenne yang berlokasi dekat masjid. Untuk mengantipati hujan, terdapat Toron, yakni beberapa batang sawit yang menyangga dinding.

Toron ini pun menjadi dekorasi sekaligus untuk membantu perbaikan tahunan masjid. Sleain itu, pipa separoh dari keramik juga membantu menampung air hujan yang jatuh dari garis atap sehingga air tidak jatuh pada dinding.

Bangunan lumpur tersebut hingga kini masih berdiri tegak atas perhatian masyarakat untuk melestarikannya. Mereka sangat menjaga masjid tersebut agar tetap berdiri dan lestari. Bahkan sejak tahun 1996, mereka melarang non-muslim memasuki masjid. Larangan tersebut bermula ketika majalah Vogue melakukan pemotretan di lokasi masjid dengan model wanita berpakaian seronok.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement