Jumat 08 Feb 2013 07:31 WIB

Menjenguk Islam di Negeri Kuno, Mali

Rep: Afriza Hanifa/ Red: A.Syalaby Ichsan
 Muslimah di Timbuktu, Mali, Afrika Barat.
Foto: onlinetravelmagazines.com
Muslimah di Timbuktu, Mali, Afrika Barat.

REPUBLIKA.CO.ID, Mali, salah satu negara di dunia yang kaya warisan budaya ini memiliki sejarah Islam yang cukup panjang. Saat ini, negara di subsahara Afrika tersebut tengah mengalami gejolak politik sejak Januari tahun lalu.

 

Berlokasi di Afrika Barat, Mali menjadi negara yang diapit daratan dan sahara. Negara beribu kota Bamako tersebut dikelilingi negara Pantai Gading, Aljazair, Nigeria, Burkina Faso, Guinea, Senegal, dan Mauritania.

 Muslim di negara seluas 1,24 juta kilometer tersebut mencapai 12 juta jiwa atau sekitar 92,5 persen dari total penduduk 14,5 juta jiwa. 

Sebagai umat mayoritas, Muslim Mali hidup dengan damai. Mereka pun sangat toleran pada penganut agama lain. Hubungan stabil tanpa ketegangan pun ditemukan antarpenganut agama.

Mereka saling berkunjung menghadiri perayaan pernikahan ataupun kematian. Kepercayaan tradisional pun telah berakulturasi dengan baik sehingga budaya Islam dan budaya asli setempat tak mengalami bentrok atau perselisihan. Tecermin dalam sebuah manuskrip kuno di Universitas Tombuktu, yakni pendekatan tradisional ke Islam relatif moderat.

Untuk perempuan Muslim, seperti halnya di negara Afrika lain, Muslimah Mali pun tak banyak mengenakan jilbab. Biasanya mereka mengenakan kudung yang dililit menutup kepala dan rambut, namun dengan leher terbuka. Kudung tersebut memang telah menjadi mode jilbab kebanyakan Muslimah Afrika selain Timur Tengah.

Mali terkenal memiliki peradaban Islam yang tinggi. Banyak situs peninggalan peradaban masa lalu yang kini dijadikan situs warisan dunia oleh UNESCO. Peradaban tersebut dibawa oleh Islam sejak abad kesembilan.

Saat itu, islam masuk ke Afrika Barat oleh pedagang Muslim Berber dan Tuareg. Tak hanya sebatas kepercayaan, Islam membentuk sistem politik, sosial, hingga seni budaya.

Kerajaan Mali telah berdiri kokoh di sana jauh sebelum negara tersebut kemudian dijajah oleh Prancis. Mansa Musa merupakan salah satu raja di kerajaan tersebut yang paling banyak berkiprah dan membawa pengaruh bagi peradaban Islam Mali.

Pada masa keemasan kerajaan, ilmu matematika, astronomi, sastra, dan seni berkembang pesat di Mali. Peradaban Islam terus berkembang hingga di abad ke-19 saat Mali dikuasai Prancis. Mali baru merdeka di tahun 1960 sebagai negara Republik.

Tiga kota Mali, yakni Timbuktu, Gaiodan Kano bahkan akan segera menjadi pusat pembelajaran Islam internasional. Salah satu kota, Timbuku, sangat terkenal kaya akan peradaban Islam. Di sanalah sumber banyak manuskrip Islam yang disalin atau ditulis sejak abad ke-14. 

Timbuktu merupakan kota legendaris yang telah menjadi kota perdagangan sejak sejarah Mali dimulai. Kota di Mali Utara tersebut telah menjadi kota komersial bagi para pedagang Medaterania untuk mendapat emas dari Afrika Barat dan Selatan. Selama lebih dari 600 tahun, Timbuktu juga menjadi pusat agama dan budaya Islam. 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement