Senin 07 Jan 2013 22:37 WIB

Muhammad Ali Jinnah, Sang Pendiri Pakistan (2)

Rep: Mohammad Akbar/ Red: Chairul Akhmad
Muhammad Ali Jinnah.
Foto: shariah4pakistan.com
Muhammad Ali Jinnah.

REPUBLIKA.CO.ID, Panggilan untuk kembali ke Tanah Air akhirnya datang juga. Ali Jinnah diminta pulang ke India karena keluarganya terlilit krisis keuangan.

Sekembalinya di kampung halaman, Jinnah bekerja sebagai pengacara di Bombay. Profesi ini membuat pergaulannya semakin luas. Progresivitas pandangan politiknya pun kian mengkristal.

Hubungannya dengan tiga anggota Kongres Nasional India, Gopal Krishna Gokhale, Pherozeshah Mehta, dan Surendranath Banerjee, menjadi stimulan yang membawanya berkarier di panggung politik.

Pada 1906, Jinnah bergabung dengan Kongres Nasional India. Lewat Kongres, ia berharap dapat memerdekakan India lewat kerjasama antara kelompok Islam dan Hindu. Tak lama kemudian, ia menjadi salah satu dari 60 anggota Imperial Legislative Council atau Lembaga Legislatif India semasa penjajahan Inggris.

Pada 1920, Kongres yang dipimpin Mohandas Gandhi meluncurkan gerakan nonkooperasi untuk memboikot semua aspek kebijakan Inggris. Jinnah menentang kebijakan ini sehingga ia pun hengkang dari Kongres.

Pada 1924, Jinnah melakukan reorganisasi Liga Muslim yang telah dipimpinnya sejak 1916. Tujuh tahun berikutnya, ia berusaha menjembatani perbedaan antara kelompok Hindu dan Islam untuk menggapai kemerdekaan India.

Tapi, belakangan ketika mengikuti Konferensi Meja Bundar pada 1930, ia merasa gundah. Ia melihat bagaimana kelompok Hindu hanya memperjuangkan kepentingannya dan mengabaikan kepentingan Muslim.

Selepas pemilihan provinsi pada 1937, rasa kecewanya kian besar karena Kongres menolak untuk membentuk koalisi administrasi dengan Liga Muslim di daerah campuran. Hubungan antara Hindu dan Muslim pun kian buruk.

Pada 1940, di sebuah sesi pertemuan Liga Muslim di Lahore, untuk kali pertama muncullah gagasan untuk memisahkan diri dari India. Jinnah menjadi salah satu tokoh utama di balik munculnya gagasan itu.

Sejak itu pula, Jinnah makin bersemangat untuk membentuk sebuah negara tersendiri bagi

umat Islam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement