Rabu 31 Oct 2012 06:04 WIB

Menanti Pengabdian Calon Imam Prancis

Rep: Agung Sasongko/ Red: Dewi Mardiani
Tempat pelatihan imam Prancis di Burgundy, Tengah Prancis
Foto: alarabiya.net
Tempat pelatihan imam Prancis di Burgundy, Tengah Prancis

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Nan jauh di perbukitan Burgundy, Tengah Prancis,  European Institute of Human Sciences de Saint-Leger-de-Fougeret tengah menempa para calon Imam Prancis. Mereka yang mengikuti pelatihan ini memiliki cita-cita besar untuk mengabdi kepada komunitas muslim.

Saat ini, lebih dari 200 calon imam dari berbagai wilayah di Prancis tengah mempelajari teologi Islam, Alquran, dan sastra Arab. Namun, tidak mudah untuk lulus dari tempat ini. Selama tujuh tahun menimba ilmu, hanya 10 peserta yang diluluskan setiap tahun. Ini dimaksudkan agar kualitas imam Prancis tetap terjaga.

Harus diakui, Muslim Prancis membutuhkan imam yang mengetahui seluk beluk Prancis. Artinya, imam yang dibutuhkan adalah kelahiran Prancis. Saat ini, sebagian besar imam adalah imigran dari Afrika Utara dan Timur Tengah. Mereka selanjutnya melahirkan generasi kedua dan ketiga.

Melalui generasi baru itu, harapannya akan lahir imam yang yang benar-benar memahami kebutuhan Muslim Prancis. Kebutuhan itu menyangkut bagaimana stereotip negatif yang terlanjur mengakar dapat diluruskan. Belum lagi, dalam internal umat Islam sendiri di mana penyebaran ajaran fundamentalis mulai berkembang.

Tentunya, umat Islam harus lebih aktif mencegah dari dalam sehingga aktivitas ekstrimis tidak berkembang lebih lanjut. Pemerintah Prancis sendiri mendukung penuh program pelatihan imam selama sembilan tahun terakhir.

Menteri Dalam Negeri Manuel Vallas secara tegas mendukung pelatihan para imam. Ia juga memastikan dengan pelatihan itu ada semacam pengakuan resmi dari negara. Direktur Lembaga European Institute of Human Sciences de Saint-Leger-de-Fougeret, Zuhair Mahmoud mengatakan sebagian besar imam Prancis tidak bisa berbahasa Prancis.

Ia juga tidak tahu bagaimana gaya hidup Prancis. " Hari ini, Imam berbahasa Prancis sangat dibutuhkan," kata dia seperti dikutip alarabiya.net, Selasa (30/10). Sayang, lembaga ini belum bisa membiayai dirinya sendiri. Sebab, sebagian besar pendanaan berasal dari donasi negara Teluk.

Dikhawatirkan apabila pendanaan ini dicabut maka sulit untuk mempertahankan masa depan lembaga tersebut. Persoalan lain, status imam masih diperdebatkan apakah ia terkategori relawan atau profesional. Saat ini, imam yang bertugas digaji 1.950 dolar AS perbulan. Dengan pendapatan itu, ia digolongkan sebagai pengajar bukan imam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement