REPUBLIKA.CO.ID, BANYUMAS -- Ratusan penganut Islam Aboge (Alif Rebo Wage, red), Sabtu, melaksanakan Salat Idul Adha di Masjid Jami Saka Tunggal Baitussalam, Desa Cikakak, Kecamatan Wangon, Banyumas, Jawa Tengah, Sabtu (27/10).
Salat tersebut dipimpin imam Sulam, dan khatib Suyitno.
Usai melaksanakan Salat Id, dan mendengarkan khutbah Idul Adha, para penganut Islam Aboge menggelar kenduri di dalam masjid, sebelum menyembelih hewan kurban.
Saat ditemui usai kenduri, Sulam mengatakan Salat Id pada Hari Raya Idul Adha tidak seramai Idul Fitri.
Kendati demikian, ia mengatakan kesadaran masyarakat untuk berkurban pada Hari Raya Idul Adha semakin tinggi. Menurut dia, hal ini ditunjukkan dengan jumlah hewan kurban dari masyarakat yang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Penganut Islam Aboge menyakini jika 1433 H merupakan tahun Wawu sehingga untuk menentukan 1 Muharam yang merupakan hari dan pasaran pertama tahun berjalan ini mengacu pada rumusan Waninwon atau Wawu-Senin-Kliwon.
Dengan demikian, 1 Muharam 1433 H di tahun Wawu jatuh pada hari Senin Kliwon.
Dalam hal ini, Senin merupakan hari pertama dan Kliwon pasaran pertama di tahun Wawu, sehingga dijadikan patokan untuk menentukan penanggalan di tahun berjalan.
Oleh karena itu, penganut Islam Aboge dalam menentukan Hari Raya Idul Adha 10 Dzulhijah 1433 H yang biasa disebut dengan Lebaran Haji menggunakan rumusan Jipatji atau Haji (bulan Haji/Dzulhijah)-papat (empat)-siji (satu), yang berarti tanggal 1 bulan Haji atau Dzulhijah jatuh pada hari keempat pasaran pertama.
Rumusan Jipatji ini diturunkan dari hitungan Waninwon sehingga dapat diketahui 1 Dzulhijah 1433 H jatuh pada Kamis Kliwon (18/10), sehingga 10 Dzulhijah jatuh pada hari Sabtu Wage (27/10).