Ahad 21 Oct 2012 21:21 WIB

Jamaah Risiko Tinggi Jadi Prioritas Jelang Armina

Ribuan umat Muslim berdoa di Jabal Rahmah, saat wukuf di Padang Arafah, Arab Saudi.
Foto: Antara/Prasetyo Utomo
Ribuan umat Muslim berdoa di Jabal Rahmah, saat wukuf di Padang Arafah, Arab Saudi.

REPUBLIKA.CO.ID,Laporan Wartawan Republika Endah Hapsari dari Madinah

JEDDAH---Menjelang puncak ibadah haji, jamaah yang berisiko tinggi menjadi prioritas utama petugas kesehatan Misi Haji Indonesia.

"Yang termasuk jamaah berisiko tinggi adalah mereka yang berusia lebih dari 60 tahun dan memiliki penyakit bawaan dari Tanah Air,’’ ujar Kepala Bidang Kesehatan Misi Haji Indonesia, Azimal Zainal Zein, Ahad (21/10).

Menurut Azimal, jamaah calon haji yang berisiko tinggi umumnya menderita penyakit hipertesi serta mengalami gangguan koroner jantung.

"Kami menyiapkan obat-obatan untuk para penderita penyakit ini. Untuk mengatasi kekurangan, kami meminta kiriman dari Jakarta. Setelah berkonsultasi dengan ahli penyakit ini, kami akan membagikan obat-obatan tersebut sebagai tindakan preventif,’’ kata Azimal.

Dalam penyelenggaraan haji tahun ini, jamaah usia lanjut terbilang mendominasi. Angkanya mencapai sekitar 60 persen dari keseluruhan jamaah calon haji yang berangkat tahun ini. Lantaran itulah, perlu ada upaya khusus untuk menjaga kesehatan para jamaah lansia tersebut. Seperti untuk para penderita penyakit jantung, Azimal mengatakan pihaknya akan membagikan tablet khusus untuk penyakit tersebut dengan sepengetahuan dokter kloter.

Azimal juga menyoroti jamaah usia lanjut harus menjadi perhatian karena sebenarnya organ-organ tubuhnya sudah mengalami kerapuhan. ‘’Dengan begitu, mereka tidak merasa lapar sehingga tidak ingin makan atau tidak merasa haus sehingga tak merasa harus minum. Karena kondisi itu, mereka rawan mengalami kekurangan tenaga atau hipoglikemik serta dehidrasi,’’ kata Azimal.

Menjelang puncak haji, Azimal juga menegaskan telah mempersiapkan seluruh keperluan layanan kesehatan seperti  alat-alat kesehatan dan tenaga medis. Menurut dia, karena nanti saat Armina, jamaah tak lagi dibagi per kloter melainkan per maktab, maka dokter-dokter kloter itu akan melebur ke dalam maktab-maktab. ‘’Seluruh dokter kloter di Makkah akan dilebur dan bergabung dalam satu maktab,’’ kata Azimal.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement