REPUBLIKA.CO.ID, Siapa tak kenal Hasan al-Banna? Dialah sang pembaru, mujahid dakwah dan peletak dasar-dasar gerakan Islam sekaligus pendiri dan pemimpin Ikhwanul Muslimin.
Dia lahir di Desa Mahmudiyah kawasan Buhairah, Mesir, pada 14 Oktober 1906. Pada usia 12 tahun, Hasan al-Banna telah menghafal Alquran.
Ia memperjuangkan Islam menurut Alquran dan sunah. Karena konsistensi sikapnya berdakwah, dia dibunuh oleh penembak misterius pada 12 Februari 1949 di Kairo. Kepergian Hassan al-Banna pun menjadi duka berkepanjangan bagi umat Islam.
Tokoh besar ini dikenal akan cara berdakwahnya yang sangat tidak biasa. Ia terkenal sangat tawadhu dan sering berdakwah di warung-warung kopi tempat orang-orang yang berpengetahuan rendah berkumpul untuk minum-minum kopi sehabis lelah bekerja. Cara tersebut ternyata lebih efektif dalam berdakwah.
Kisah hidup Hasan al- Banna pantas ditiru dan dicontoh oleh generasi masa kini. Semangat dan jalan dakwah yang ditempuhnya layak menjadi inspirasi. Hal ini pula yang mendasari penulis menulis novel tentang Sang Pembaru tersebut.
Sosok dan teladan Syekh Hasan al-Banna telah menciptakan pusaran gelombang pemikiran dan perubahan yang mampu menginspirasi generasi demi generasi. Pusaran gelombang itulah yang memengaruhi tokoh-tokoh utama dalam novel ini. Yaitu, Hasan sosok pemuda yang mengalami gegar identitas, Randy seorang aktivis dakwah militan, dan Cikal seorang selebritas yang terjebak dalam kubangan hedonisme.
Di tengah romantika hidup masing-masing tokoh, figur Hasan al-Banna selaku sang teladan dan pemikiran-pemikirannya mampu menjadi jalan cahaya sekaligus mempertemukan mereka. Dilatari intrik multidimensi yang dibumbui konspirasi, pergolakan batin, hingga asmara, novel ini akan membawa pembaca pada gelombang perubahan yang dipusarakan oleh Sang Imam Syahid, Hasan al-Banna.
Ketiga tokoh tersebut dipertemukan pada pusaran yang sama, yakni kepedulian terhadap Palestina. Cikal dan Hasan ikut terlibat aksi damai peduli Palestina yang dinamakan Aksi Zaitun. Aksi tersebut dipimpin oleh Randy. Aksi yang awalnya berlangsung damai disusupi oleh provokator yang tidak menyukai aksi tersebut sehingga muncul kerusuhan, tembakan dari petugas untuk mengamankan massa. Namun, massa terus beringas.
Saat itu, Hasan berusaha mengingatkan Randy, koordinator aksi, untuk hatihati dengan penyusup yang berusaha masuk barisan pengunjuk rasa. Cerita berakhir saat pemimpin aksi ditangkap oleh aparat keamanan.
Membaca novel ini, pembaca akan menemukan spirit dari perjuangan Hasan al-Banna. Spirit itu sangat diperlukan dan relevan dengan kondisi saat ini. Seperti dikatakan Sang Tokoh, “Akulah petualang yang mencari kebenaran. Akulah manusia yang mencari makna dan hakikat kemanusiaannya di tengah manusia. Akulah patriot yang berjuang menegakkan kehormatan, kebebasan, ketenangan, dan kehidupan yang baik bagi Tanah Air di bawah naungan Islam yang hanif.”
Judul : Sang Pemusar Gelombang
Penulis : M Irfan Hidayatullah
Penerbit : Salamadani
Cetakan : I, Juli 2012
Halaman : xviii + 502