Kamis 18 Oct 2012 21:31 WIB

Benci Kapitalisme, Charles Orr Memilih Islam (3)

Rep: Fitria Andayani/ Red: Chairul Akhmad
Mualaf (ilustrasi).
Foto: yhyqart.com
Mualaf (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, Menjadi Muslim di Afrika, kata Abdal, tidaklah mudah. Di benua 'hitam' ini sulit menemukan makanan halal.

Sertifikat halal kerap diperjualbelikan kepada restoran ataupun tempat makan yang dimiliki oleh orang non-Muslim. Akhirnya, ia memilih untuk memasak makanannya sendiri.

"Saya ingin memastikan bahwa makanan yang saya makan itu halal. Saya akan menyembelih sendiri daging yang akan saya makan dengan mengucap nama Allah.''

Dia pun melihat dunia Islam yang berbeda di Afrika. "Mereka bilang mereka Islam, tapi mereka tidak benar-benar hidup dalam Islam," kata dia.

Mereka, misalnya, menyalahi arti zakat yang sesungguhnya. 'Di sana zakat dikumpulkan oleh organisasi tertentu, tidak ada bedanya dengan lembaga amal.

Uang zakat tersebut kemudian digunakan untuk membiayai proyek tertentu. Padahal, menurut Abdal, zakat seharusnya dikumpulkan oleh amil zakat dan hasil yang terkumpul diberikan kepada mereka yang membutuhkan.

Meski banyak hal yang tidak sesuai dengan Islam yang dia pahami, Abdalhalim berusaha untuk tetap berada di jalan Allah. "Saya terus belajar untuk menjadi Muslim yang lebih baik.''

Sosialisasikan Dinar, Dirham, dan Imarat

Sebagai murid Syekh Abdal Qadir, Abdalhalim berusaha memberikan kontribusi terhadap apa yang dicita-citakan komunitasnya. Dia juga giat menyosialisasikan dirham dan dinar sebagai sebuah bentuk perlawanan terhadap konsep ekonomi moneter yang ada saat ini.

"Pada akhirnya kita berharap, konsep ekonomi yang sesuai syariah bisa dijalankan dengan benar di dunia ini, mengalahkan segala bentuk ekonomi riba yang dijalankan para kapitalis," katanya.

Dinar dan dirham diharapkan dapat menggantikan uang kertas yang menjadi produk kapitalis.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement