REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH –- Wakil Amirul Haj, KH Hasyim Muzadi, mengingatkan kepada seluruh jamaah haji Indonesia agar tak kehilangan subtansi dan makna haji. ‘’Subtansi paling puncak adalah ibadah,’’ ujar mantan ketua umum PBNU itu, Kamis (18/10) di Makkah, Arab Saudi.
Menurut Kiai Hasyim, sarana dan prasana memang penting. Sebab, kata dia, tanpa sarana dan prasarana yang baik ibadah haji tak bisa khusyuk. Namun, lanjut dia, jamaah haji Indonesia tak boleh hanya memikirkan soal sarana saja.
Jika itu yang terjadi, papar dia, jamaah hanya mendapatkan instrumen tapi kehilangan subtansi. ‘’Kalau terus-menerus seperti itu, haji itu akan seperti pariwisata saja,’’ papar Pimpinan Pondok Pesantren Al-Hikam tersebut.
Ia menegaskan, subtansi haji adalah ibadah, bukan berwisata. Seharusnya, kata Kiai Hasyim, ibadah haji berdampak pada perubahan jamaah ke arah yang lebih baik. ‘’Jika ada 200 ribu orang Indonesia berhaji dan semua berubah menjadi lebih baik, maka dampaknya akan sangat luar biasa.’’
Kiai Hasyim mengaku prihatin karena di tengah-tengah masyarakat saat ini banyak orang yang setelah berhaji dan sebelum berhaji mengalami perubahan. Bahkan, kata dia, banyak hal yang bertentangan dengan agama tetap dilakukan dan malah meningkat.
‘’Itu akibat kurang efektifnya ibadah,’’ tutur Kiai Hasyim. Ia berharap agar masalah subtansi haji mendapat perhatian serius dari berbagai pihak.
Ia berharap setelah berhaji, sebanyak 211 ribu jamaah haji Indonesia bisa kembali menjadi hamba Allah dan menjadi mahluk sosial serta kembali pada sifat kemanusiaannya.
Menurut dia, banyak orang yang berhaji, namun tak menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya, karena faktor niat. ‘’Banyak yang naik yang naik haji, karena cuma ingin sampai Makkah dan untuk gaya-gaya.
Jika kedua faktor itu tidak terpenuhi, kata dia, maka jamaah haji tidak akan menjadi mendapatkan intuisi basyirah atau hati yang paling dalam dan bersih.