REPUBLIKA.CO.ID, Suhrawardi yang dapat dipercaya, memiliki persamaan dengan (meski banyak sebelumnya) orang-orang Rosicrucia dan lainnya, secara spesifik menyatakan bahwa ini merupakan suatu bentuk kebijakan yang dikenal dan dipraktikkan dengan berhasil oleh orang-orang bijak termasuk di dalamnya Hermes kuno, yang penuh dengan rahasia, dari Mesir.
Individu lain yang tidak kurang reputasinya—Ibnu Al-Farid (1181-1235)—menekankan bahwa Sufisme terletak di belakang dan sebelum sistematisasi, bahwa 'anggur kami telah ada sebelum apa yang engkau sebut the grape and the vine (aliran dan sistem)':
Kami telah meminum sebutan tentang Sahabat,
Menggembirakan diri kami sendiri, bahkan sebelum penciptaan anggur.
Tidak diragukan lagi, bahwa para darwis, calon Sufi, telah secara tradisional berkumpul bersama-sama untuk mengkaji atau belajar sisa-sisa apa saja dan ajaran yang mereka temukan ini, menunggu saat yang memungkinkan apabila seorang tokoh mungkin muncul diantara mereka, dan membuat efektif prinsip-prinsip dan praktik-praktik yang arti hidupnya telah hilang (lenyap), untuk mereka.
Teori ini ditemukan di Barat, tentu saja, di dalam Freemasonry (dengan konsepnya tentang 'Rahasia yang Hilang'). Latihan (praktik) secara layak ditegaskan sebagai contoh, di dalam buku Awarf-ul-Ma'arif dan hal itu telah dikaitkan dengan perhatiannya dalam hal-hal semacam pengharapan messianik yang dicirikan dalam Sufisme.
Betapa pun bahwa itu mungkin (dan itu mestinya suatu 'fase yang berhubungan dengan persiapan', bukan Sufisme yang sebenarnya) ada fakta-fakta atau bukti bahwa orang-orang di Eropa dan Timur Tengah, apa pun komitmen atau kepercayaan psikologis, telah dari waktu ke waktu ditetapkan dan bersemangat dalam doktrin-doktrin Sufi oleh para guru, yang kadang-kadang misterius asal-usulnya, telah berada diantara mereka.
Orang-orang ini telah berabad-abad ditunjuk atau dianggap sebagai manusia universal atau sempurna (insan al-kamil). Kasus seperti Ar-Rumi dan orang-orang Syam dari Tabriz, dari Bahauddin Naqsyabandi (abad ke-14) dari Bukhara; dari Ibnu Al-Arabi, yang mengajar dalam sudut pandang agama, para tokoh puisi kuno dan cinta, dan banyak lainnya yang kurang dikenal di dalam literatur Barat.