Kamis 27 Sep 2012 14:12 WIB

Bentuk-Bentuk Kegiatan Sufi (1)

Ilustrasi
Foto: efenditravel.com
Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Apakah ajaran Sufi lainnya, bagaimana mereka melakukannya? Apa persoalan-persoalan khusus bagi yang ingin mempelajari gagasan-gagasan Sufi dari sumber yang mempunyai nama reputasi?

Kaum Sufi menyatakan, bahwa itulah suatu bentuk ilmu pengetahuan yang dapat dicapai manusia, dimana seperti suatu perintah untuk pelajaran skolastik, sebagaimana orang dewasa kepada bayi.

Sebagai contoh, perbandingan Al-Ghazali: "Seorang anak tidak memiliki ilmu pengetahuan yang nyata mengenai hasil-hasil yang dicapai oleh orang dewasa. Seorang dewasa biasa (awam) tidak dapat memahami hasil-hasil yang dicapai seorang terpelajar. Dalam cara yang sama, seorang terpelajar tidak dapat mengerti tentang pengalaman-pengalaman orang-orang suci yang selalu mendapat pencerahan, atau para Sufi."

Ini untuk sebuah permulaan (awal), bukan sebuah konsep yang mana secara instan direkomendasikan tersendiri untuk orang terpelajar. Hal ini bukanlah persoalan baru.

Pada abad ke-11, Muhammad Al-Ghazali (Algazel) yang telah memelihara (menyelamatkan) para teolog Muslim dari penafsiran materi-materi yang berhubungan dengan Islam dalam suatu cara serupa—sebagaimana menggagalkan serangan filsafat Yunani, yang diinformasikan para sarjana Yunani—bahwa mode ilmu pengetahuan mereka lebih rendah mutunya daripada yang diperoleh melalui praktik-praktik Sufi.

Mereka menjadikan dirinya sebagai pahlawan mereka, dan para pewaris mereka tetap mengajarkan penafsiran-penafsirannya sebagai Islam ortodoks, meskipun pernyataannya bahwa metode akademis adalah tidak cukup dan kurang bermutu untuk ilmu pengetahuan yang sebenarnya (sejati).

Kemudian Ar-Rumi, penyair dan mistikus besar, yang mengatakan kepada pendengarnya bahwa seperti seorang tuan rumah yang baik, ia telah memberi mereka puisi karena mereka membutuhkannya, untuk melengkapi apa yang ditanyakan.

Tetapi, ia melanjutkan, puisi adalah tak berharga dibanding dengan suatu perkembangan penting tertentu dari individu. Hampir 700 tahun ia masih dapat melukai orang-orang dengan kata-kata ini.

Tak berapa lama kemudian, seorang pengulas dalam sebuah koran Inggris yang memiliki reputasi baik, juga merasa terhina dengan bagian ini (dimana dia menemukan dalam sebuah terjemahan), bahwa dia berkata, "Ar-Rumi mungkin berpikir bahwa puisi adalah omong kosong. Saya pikir bahwa puisinya adalah omong kosong dalam terjemahan ini."

sumber : Jalan Sufi: Reportase Dunia Ma'rifat oleh Idries Shah/Media Isnet
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement