Jumat 14 Sep 2012 18:07 WIB

Gowa, Kesultanan Islam di Timur Nusantara (1)

Rep: Nidia Zuraya/ Red: Chairul Akhmad
Pelabuhan Paotere, salah satu pelabuhan rakyat warisan tempo dulu yang masih bertahan dan merupakan bukti peninggalan Kerajaan Gowa-Tallo sejak abad ke-14.
Foto: wordpress.com
Pelabuhan Paotere, salah satu pelabuhan rakyat warisan tempo dulu yang masih bertahan dan merupakan bukti peninggalan Kerajaan Gowa-Tallo sejak abad ke-14.

REPUBLIKA.CO.ID, Pada abad ke-16 M, di wilayah timur nusantara—Sulawesi Selatan—berdiri sebuah kerajaan yang amat kuat bernama Kesultanan Gowa.

Tak diketahui secara pasti, awal mula berdirinya kerajaan itu. Menurut fakta-fakta yang ada, raja Gowa pertama memerintah pada abad ke-13 M.

Kerajaan Gowa tercatat sebagai salah satu kerajaan paling tua di wilayah Indonesia bagian timur, selain Kerajaan Luwu dan Kerajaan Bone.

Pada awalnya, penguasa dan rakyat Gowa adalah penganut animisme. Kekuasaan Gowa meliputi daerah pesisir semenanjung bagian selatan Ujungpandang sampai ke Bulukumba.

Gowa mencapai puncak kejayaannya ketika berubah menjadi kesultanan Islam. Tepat pada malam Jumat 9 Jumadil Awal 1014 H/ 22 September 1605 penguasa Gowa memeluk agama Islam. Dua tahun kemudian, Raja Gowa XIV I Manga’rangi Daeng Manra’bia atau Sultan Allaudin—penguasa Gowa pertama yang memeluk Islam—mengeluarkan dekrit.

Isinya, Kerajaan Gowa dan Tallo menjadikan Islam sebagai agama resmi kerajaan. Seluruh rakyat yang bernaung di bawah kerajaan itu harus menerima Islam sebagai agamanya. Pada puncak kejayaannya, kekuasaan Kerajaan Gowa meluas sampai ke Manado, Sumbawa, Gorontalo, dan Tomini.

Kesultanan Gowa memiliki peran besar dalam penyebaran Islam di wilayah Sulawesi. Kerajaan Gowa-Tallo berhasil menaklukkan beberapa kerajaan di Pulau Sulawesi, salah satu tujuannya untuk melakukan Islamisasi. Bahkan, Kesultanan Gowa menaklukkan sejumlah kerajaan dan akhirnya memeluk Islam.

Menurut Lontara Bilang (catatan raja-raja Gowa-Tallo—Red), pada masa pemerintahan Raja Gowa X (1546-1565), Tunipalangga, telah ditemukan sebuah perkampungan Muslim di Makassar, yang penduduknya terdiri atas pedagang Melayu yang berasal dari Campa, Patani, Johor, dan Minangkabau.

Berdasarkan catatan itu pula, pada masa pemerintahan Tunijallo (1565-1590) telah didirikan sebuah masjid di Mangallekanna, tempat para pedagang bermukim. Kehadiran para pedagang Muslim tersebut membawa pengaruh terhadap penduduk setempat.

Menurut Ensiklopedi Islam, agama Islam berkembang di wilayah Sulawesi Selatan melalui dua tahapan. Pertama, secara tidak resmi, penyebaran Islam terjadi melalui jalur perdagangan.

Tahapan kedua, Islam secara resmi diterima oleh Raja Gowa-Tallo ketika tiga orang datuk yang berasal dari Kota Tengah, Minangkabau, berkunjung ke wilayah itu.

Guna memperkuat posisinya sebagai kerajaan Islam di kawasan timur nusantara itu, Kerajaan Gowa-Tallo pun sempat menjalin kerja sama dengan kerajaan Islam lainnya, khususnya Kesultanan Mataram di Jawa. Hingga kini, Islam menjadi agama mayoritas di wilayah Sulawesi Selatan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement