Sabtu 01 Sep 2012 23:32 WIB

Teknologi Pengolahan Aspal di Era Kekhalifahan (3)

Rep: Heri Ruslan/ Red: Chairul Akhmad
Aspal (ilustrasi).
Foto: allenfamily.com.au
Aspal (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, Masyarakat Mesir Kuno menggunakan aspal untuk merawat mumi. Peradaban Islam yang mewarisi teknologi pengolahan aspal, sempat menggunakannya untuk menyembuhkan penyakit kulit dan luka-luka.

Hingga akhirnya, peradaban Islam mengenalkan aspal untuk melapisi jalan. Orang Babilonia sudah mulai menguasai pengolahan aspal secara kuno. Namun, secara modern pengolahan aspal pertama kali ditemukan para ilmuwan Islam.

Beberapa ilmuwan yang mengembangkan teknologi pengolahan aspal adalah Ali ibnu Al-Abbas Al-Majusi pada 950 M. Ia sudah mampu menghasilkan minyak dari endapan aspal yang hitam.

Caranya, papar Al-Majusi, endapan aspal itu dipanaskan sampai mendidih di atas ketel. Lalu, untuk mendapatkan cairan minyak, ia memeras endapan aspal itu sampai mengeluarkan minyak.

Selain itu, saintis dari Mesir Muslim lainnya, Al-Mas'udi, juga mengembangkan teknologi pengolahan aspal menjadi minyak. Al-Mas'udi menguasai teknologi pengolahan aspal menjadi minyak melalui proses yang mirip dengan teknik pemecahan modern (cracking techniques).

Dia menggunakan dua kendi berlapis yang dipisahkan oleh kasa atau ayakan. Kendi bagian atas diisi dengan aspal lalu dipanaskan dengan api. Hasilnya, cairan minyak menetes ke kasa dan ditampung di dasar kendi.

Metode pengolahan minyak dari aspal lainnya yang ditemukan insinyur Muslim adalah teknik distilasi yang disebut taqrir. Teknik ini kembangkan oleh sarjana Muslim bernama Al-Razi. Berbekal pengetahuan itulah, pada abad ke-12 peradaban Islam sudah menguasai proses pembuatan minyak tanah atau naphtha.

Menurut Bilkadi, mulai abad ke-12 minyak tanah sudah dijual secara besar-besaran. Di jalan-jalan di sekitar Damaskus, papar dia, banyak orang yang menjual minyak tanah.

Di Mesir pun, minyak tanah pada abad itu telah digunakan secara besar-besaran. Dalam salah satu naskah disebutkan, dalam sehari rumah-rumah di Mesir menghabiskan 100 ton minyak untuk bahan bakar penerangan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement