Selasa 14 Aug 2012 22:45 WIB

Kaca, Warisan Peradaban Islam (4-habis)

Rep: Heri Ruslan/ Red: Chairul Akhmad
Kaca (ilustrasi).
Foto: blogspot.com
Kaca (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, Di abad ke-14, terjadi perubahan pada cita rasa artistik kaca atau gelas Islam. Pola serta corak bunga-bunga dan geometrisnya lebih menonjol.

Hal itu sangat tampak dari beragam perabotan pecah-belah yang dihasilkan pada era kekuasaan Dinasti Mamluk yang berkuasa di wilayah Mesir dan Suriah.

Cita rasa artistik gelas serta kaca yang lebih menonjolkan corak flora dan geometris itu tampak pada lampu gantung, vas bunga, serta botol-botol yang diproduksi saat itu.

Peradaban Barat mulai terpikat dengan produk gelas serta kaca Islam ketika terjadi Perang Salib. Para serdadu dan petinggi Tentara Perang salib dengan bangga membawa gelas porselen dari Yerusalem sebagai buah tangan ke negeri asalnya.

Mereka menyimpan produk gelas serta kaca yang dibuat para seniman Islam itu di gereja dan tempat-tempat khusus.

Mulai abad ke-14 M, para seniman Barat, khususnya di Venicia mulai belajar membuat gelas atau kaca sendiri. Beragam produk pecah belah yang dihasilkan seniman Muslim menjadi inspirasi bagi para seniman Barat.

Selain itu, seniman di Venicia juga diuntungkan dengan kemudahan mendapatkan bahan baku pembuatan gelas yang berkualitas yang diimpor dari Mesir dan Suriah..

Industri barang pecah belah berkualitas yang dihasilkan dunia Islam hanya mampu bertahan hingga abad ke-17 M. Seiring meredupnya kejayaan pemerintahan Islam, seni pembuatan barang pecah-belah mulai diambil-alih peradaban Barat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement