Selasa 14 Aug 2012 17:50 WIB

Tajdid ala Tokoh Pembaruan Islam (4)

Rep: Nidia Zuraya/ Red: Chairul Akhmad
Ilustrasi
Foto: wordpress.com
Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Ketiga, dalam bidang politik. Abduh menekankan pentingnya pendidikan politik bagi rakyat melalui sekolah, surat kabar (media massa), dan dakwah dalam mengetahui hak-haknya.

Dia juga berpandangan bahwa pemerintah harus benar-benar memperhatikan aspirasi rakyat. Penguasa sangat mungkin melakukan kesalahan, maka rakyat boleh mengingatkannya.

Keempat, menghadapi serangan pemikiran Barat. Abduh berpandangan hal-hal dari Barat atau dunia modern boleh diambil sejauh tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Islam bahkan agama yang sesuai dengan kemodernan.

Namun, Abduh juga menangkis dan membela serangan pemikir-pemikir Barat yang salah paham dan keliru pandangannya tentang Islam.

Muhammad Rasyid Ridha

Di Mesir, selain Muhammad Abduh muncul Muhammad Rasyid Ridha (1856-1935 M), murid dan kawan Abduh yang meneruskan gagasan-gagasannya. Perjumpaan dengan Al-Afghani dan Abduh, membuatnya menyerap pikiran-pikiran pembaruan.

Tetapi, berbeda dengan Abduh, Ridha lebih terbatas dalam memberi ruang pada akal dan masih terikat kuat pada pemikiran Ibnu Hanbal, Ibnu Taimiyyah, dan Muhammad bin Abdul Wahhab.

Ridha tidak sebagaimana Abduh juga lebih terbatas dalam menerima pemikiran Barat, kendati mengakui pentingnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern sebagaimana negeri-negeri Barat.

Sikap lebih keras terhadap Barat tampak pada pemikiran Ridha. Pemikiran pembaruan Rasyid Ridha tidak seberani dan semaju pemikiran Muhammad Abduh.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement