Sabtu 11 Aug 2012 21:19 WIB

Timbuktu, Kota Legenda Islam di Afrika Barat (3)

Rep: Heri Ruslan/ Red: Chairul Akhmad
Masjid Djinguereber di Timbuktu
Masjid Djinguereber di Timbuktu

REPUBLIKA.CO.ID, Timbuktu pun menjelma menjadi pusat pembelajaran Islam serta sentra perdagangan. Di abad ke-12 M, Timbuktu telah memiliki tiga universitas serta 180 sekolah Alquran.

Ketiga universitas Islam yang sudah berdiri di wilayah itu antara lain; Sankore University, Jingaray Ber University, dan Sidi Yahya University. Inilah masa keemasan peradaban Islam di Afrika.

Guna memenuhi 'dahaga' masyarakat Muslim Timbuktu akan beragam pengetahuan, buku yang dijual di kota itu banyak yang didatangkan dari negeri Islam lainnya.

Selain itu, tak sedikit pula buku-buku yang diperjualbelikan adalah hasil karya para ilmuwan dan sarjana di Tumbuktu. Di kota itu juga sudah ada industri percetakan buku.

Perpustakaan universitas dan milik pribadi pun bermunculan dengan beragam koleksi buku yang ditulis para ilmuwan.

Ilmuwan terkemuka Timbuktu, Ahmad Baba, pada masa itu sudah memiliki perpustakaan pribadi dengan jumlah koleksi buku mencapai 1.600 judul. Perpustakaan Ahmad Baba itu tercatat sebagai salah satu perpustakaan kecil yang ada di Timbuktu.

Pada tahun 1325 M, Timbuktu mulai dikuasai Kaisar Mali, Masa Mussa (1307 M - 1332 M). Raja Mali yang terkenal dengan sebutan Kan Kan Mussa itu begitu terkesan dengan warisan Islam di Timbuktu.

Sepulang menunaikan haji di Makkah, Sultan Musa membawa seorang arsitek terkemuka asal Mesir bernama Abu Es Haq Es Saheli. Sang sultan menggaji arsitek itu dengan 200 kilogram emas untuk membangun Masjid Jingaray Ber—masjid untuk shalat Jumat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement