Jumat 10 Aug 2012 20:25 WIB

Maria Luisa: Tuhan Berbicara Padaku Melalui Alquran (1)

Rep: Agung Sasongko/ Red: Chairul Akhmad
Mualaf (ilustrasi).
Foto: blogspot.com
Mualaf (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, Maria Luisa tumbuh dan besar dalam lingkungan Katolik Roma yang taat. Ibunya seorang biarawati sebelum akhirnya meninggalkan gereja, dan fokus mengasuh anak-anaknya.

Di usia tujuh tahun, Maria telah berbaiat untuk menyerahkan diri sepenuhnya kepada Tuhan.

Tekad mengabdi pada gereja membuatnya dianugerahi “Katekis of The Year Award”, ketika ia lulus SMA. Katekismus adalah buku penjelasan atau instruksi resmi mengenai iman dan ajaran Gereja Katolik Roma. Setelah itu, perjalanan spiritual Maria terus meningkat.

Selesai sekolah, ia ambil bagian dalam sebuah yayasan kemanusiaan yang bertujuan menyatukan Filipina dalam doa tanpa memandang agama. Yayasan ini menguatkan keyakinannya bahwa semua manusia terlepas dari latar belakangnya berasal dari Tuhan.

"Aku mulai melaksanakan devosi, aku percaya santo bukanlah dewa kecil namun serupa denganku. Di sisi lain, aku mempertanyakan posisiku, mengapa harus melalui dia tidak langsung kepada Tuhan," ujarnya.

Kedekatan Maria kepada Tuhan diuji ketika ibunya didiagnosi leukimia stadium akhir. Periode itu tidak membuat Maria menjauh, sebaliknya ia tak ragu untuk terus berdoa kepada Tuhan agar ibunya diberikan kesembuhan.

Namun, teman-teman parokinya justru memintanya agar menyerahkan nasib ibunya kepada Tuhan. "Aku akhirnya menyerah," kata dia.

Kematian ibunya merupakan titik terpenting dalam hidupnya. Sejak itu, Maria menjadi pelayan Tuhan. Ia sadar seberapa keras ia berjuang, pada akhirnya Tuhan-lah yang memutuskan.

Setelah ibunya meninggal, Maria mendapat tawaran pekerjaan di Qatar. Saat itu, Maria merasa belum siap untuk bekerja di luar Filipina. Ia tolak pekerjaan itu.

Tahun 2006, ia kembali mendapat tawaran pekerjaan di Qatar. Kali ini, ia berpikir untuk mengambil pekerjaan itu. Selama proses wawancara, ia merasa memang pekerjaan itu untuk dirinya.

Dalam waktu sebulan, setelah proses wawancara, ia akhirnya berangkat ke Qatar. Sepanjang perjalanan, ia merasa akan mendapatkan kehidupan lebih baik. "Ternyata, aku mendapat lebih dari apa yang kubayangkan," tuturnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement