Senin 06 Aug 2012 09:30 WIB

Jejak Peninggalan Islam di Indonesia (5-habis)

Rep: Nidia Zuraya/ Red: Chairul Akhmad
 Seorang petugas membenahi artefak berupa keramik benda muatan kapal tenggelam yang diangkat dari bangkai kapal Cina di perairan Cirebon.
Foto: Antara/Ismar Patrizki
Seorang petugas membenahi artefak berupa keramik benda muatan kapal tenggelam yang diangkat dari bangkai kapal Cina di perairan Cirebon.

Benda Sejarah, Tak Selayaknya Diperjualbelikan

Guru besar ilmu sosiologi IAIN Syekh Nurjati Cirebon, Abdullah Ali, menyatakan, Islam sudah masuk ke Indonesia, khususnya Cirebon, sebelum masa Sunan Gunung Jati.

Ia memperkirakan hal itu sekitar abad ke-7 atau ke-10 M. Hal ini dapat dilihat dari keberadaan Syekh Datuk Kahfi di Muara Jati. Ulama besar yang diberi gelar Syekh Nurjati itu merupakan guru dari Pangeran Cakrabuana maupun Nyi Mas Rarasantang.

Kedua kakak beradik itu sebelumnya memang telah memeluk agama Islam seperti ibu kandung mereka, Nyi Subang Larang. “Jadi, sebelum Sunan Gunung Jati memproklamasikan kemerdekaan Kerajaan Cirebon pada abad ke-13, Islam telah lebih dulu ada di Cirebon,” tegas Abdullah.

Sementara itu, mengenai temuan harta karun, seperti koin kuno, mangkok, piring, guci, kepingan emas, perak, dan batu-batu mulia itu diperkirakan ada yang berasal dari Cina, makin memperkuat sejarah masuknya Islam ke Indonesia.

Benda-benda tersebut diperkirakan merupakan hadiah dari Kaisar Dinasti Ming kepada Sunan Gunung Jati yang menikah dengan putrinya, Tan Hong Tien Nio (Putri Ong Tien).

Menurut budayawan Cirebon, Nurdin M Noer, benda-benda itu hendaknya bisa dijadikan sumber informasi masyarakat untuk mengungkap sejarah masuknya Islam ke Indonesia dan hubungannya dengan Cina maupun lainnya.

Sementara itu, Juru Bicara Keraton Kanoman Cirebon, Ratu Raja Arimbi, menyatakan, benda-benda tersebut dapat menjadi kunci pembuka sejarah peran kerajaan-kerajaan di nusantara dalam perdagangan dunia. Ratu Raja Arimbi berharap, benda itu tidak dilelang.

Hal serupa juga dikemukakan Sultan Kasepuhan XIV Keraton Kasepuhan, Sultan Arif Natadiningrat. Menurut dia, bila benda-benda itu dilelang, maka hal itu akan merugikan bangsa Indonesia. Generasi muda akan kesulitan mempelajari sejarah bangsanya sendiri. “Masak untuk mempelajari sejarah bangsanya, dia harus keluar negeri,” ujarnya.

Horst Hubertus Liebner, arkeolog asal Jerman, menilai, semua artefak bernuansa religius itu menjadi bukti tertua masuknya Islam ke wilayah nusantara. Selama ini, para ilmuwan memercayai bahwa masuknya Islam ke Indonesia dimulai pada 1250 Masehi lewat pintu Samudra Pasai. “Bukti dari Cirebon itu akan mengoreksi waktu kedatangan Islam hingga 300 tahun ke belakang,” ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement