Sabtu 28 Jul 2012 22:30 WIB

Zaid bin Tsabit, Penulis Wahyu dan Pencinta Ilmu (3)

Rep: Hannan Putra/ Red: Chairul Akhmad
Ilustrasi
Foto: allposter.co.uk
Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Siapakah anak cerdas yang beruntung menjadi Sekretaris Pribadi Rasulullah itu? Dialah Zaid bin Tsabit.

Zaid bin Tsabit tidak hanya tampil sebagai penerjemah, tapi ia juga menjadi penulis wahyu. Bila wahyu turun, Rasulullah memanggil Zaid, lalu dibacakan kepadanya dan disuruh menulis.

Karena itu, Zaid bin Tsabit menulis Alquran didiktekan langsung oleh Rasulullah secara bertahap sesuai dengan turunnya ayat. Alhasil, dia menjadi orang pertama tempat umat Islam bertanya tentang Alquran sesudah Rasulullah wafat.

Dia menjadi ketua kelompok yang ditugaskan menghimpun Alquran pada masa pemerintahan Abu Bakar Ash-Shiddiq. Kemudian, dia pula yang menjadi ketua tim penyusun mushaf di zaman pemerintahan Usman bin Affan.

Di antara keutamaan yang dilimpahkan Alquran terhadap Zaid bin Tsabit, dia pernah memberikan jalan keluar suatu jalan buntu yang membingungkan orang-orang pandai pada hari Saqifah. Kaum Muslimin berbeda pendapat tentang pengganti (khalifah) Rasulullah sesudah beliau wafat.

Kaum Muhajirin berkata, “Pihak kami lebih berhak menjadi Khalifah.” Kata sebagian kaum Anshar, “Pihak kamilah yang lebih pantas.”

Kata sebagian yang lain, “Pihak kami dan kalian sama-sama berhak. Kalau Rasulullah mengangkat seseorang dari kalian untuk suatu urusan, maka beliau mengangkat pula seorang dari pihak kami untuk menyertainya.’

Karena perbedaan pendapat, hampir saja terjadi bencana di kalangan kaum Muslimin ketika itu. Padahal jenazah Rasulullah masih terbaring, belum dimakamkan. Hanya kalimat-kalimat mutiara yang bergemerlapan dengan sinar Alquran yang sanggup mengubur bencana itu, dan menyinari jalan buntu dengan sebuah solusi.

Kalimat-kalimat tersebut keluar dari mulut Zaid bin Tsabit Al-Anshari. Dia berkata di hadapan kaumnya, orang-orang Anshar. “Wahai kaum Anshar, sesungguhnya Rasulullah SAW adalah orang Muhajirin. Karena itu sepantasnyalah penggantinya orang Muhajirin pula."

"Kita adalah pembantu-pembantu (Anshar) Rasulullah. Maka sepantasnya pulalah kita menjadi pembantu bagi pengganti (khalifah)-nya, sesudah beliau wafat, dan memperkuat kedudukan khalifah dalam menegakkan agama.”

Sesudah berucap begitu, Zaid bin Tsabit mengulurkan tangannya kepada Abu Bakar Shiddiq seraya berkata, “Inilah khalifah kalian. Baiatlah kalian dengannya!”

sumber : 101 Sahabat Nabi karya Hepi Andi Bastoni
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement