Sabtu 14 Jul 2012 21:01 WIB

Pelopor Revolusi Hijau Abad Pertengahan (2)

Rep: Heri Ruslan/ Red: Chairul Akhmad
Revolusi Hijau (ilustrasi).
Foto: blogspot.com
Revolusi Hijau (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, Guru besar sejarah abad pertengahan, Prof Thomas F Glick, menuturkan, revolusi pertanian Muslim ditandai dengan munculnya varietas tanaman-tanaman yang baru serta dibangunnya jaringan irigasi yang luas dan intensif.

''Pada masa itu, petani Muslim bisa menanam tanaman sebanyak tiga sampai empat kali dalam setahun di atas lahan yang awalnya hanya bisa ditanami sekali setahun,'' ungkap Glick.

Seiring berkembang pesatnya ilmu pengetahuan di pusat-pusat pemerintahan Islam, para sarjana dan petani Muslim mulai mengembangkan inovasi di bidang pertanian. Seperti diungkapkan Glick, umat Islam pada era itu sudah mengembangkan sistem rotasi tanam dengan cara modern.

Dengan mengetahui karakteristik tanaman serta tanah, para petani pada saat itu bisa memanen hasil pertaniannya lebih banyak dan lebih sering.

Dr Zohor Idrisi dalam tulisannya yang bertajuk The Muslim Agricultural Revolution mengungkapkan, para saudagar yang menjelajah dunia selalu pulang membawa bibit tanaman. ''Kebanyakan tanaman yang bernilai guna, seperti tebu, pisang, dan kapas membutuhkan air,'' papar Idrisi.

Untuk menanam bibit tanaman yang dibawa dari berbagai wilayah itu, para petani Islam ketika itu membangun sistem irigasi buatan yang luas. Tak heran, jika irigasi buatan lebih dikenal di dunia Islam, ketimbang di Eropa.

Apalagi, pada era itu pemerintahan Islam sangat mendukung pembangunan di sektor pertanian. Maka, jaringan dan saluran irigasi pun dibangun untuk mengairi kebun dan sawah. Pembangunan pertanian yang dilakukan umat Islam dikembangkan berdasarkan pendekatan ilmiah.

Hal itu terlihat dari tiga elemen utama penunjang pertanian yakni; sistem pola tanam yang mutakhir, teknik pembangunan irigasi yang tinggi, serta munculnya beragam varietas tanaman yang disertai dengan katalog berdasarkan musim, tipe tanah, dan jumlah air yang dibutuhkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement