Rabu 11 Jul 2012 22:37 WIB

Jeremy Boulter: Tuhan Itu Perkasa, Tak Butuh Perantara (6)

Rep: Agung Sasongko/ Red: Chairul Akhmad
Ilustrasi
Foto: Blogspot.com
Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Jeremy merasa pria tersebut tidak peka dengan apa yang tengah dialaminya. Pria itu selalu saja bertanya kepadanya soal alasan di balik keinginan membaca Alquran.

Pria tersebut lantas meminta Jeremy agar tidak meletakkan Alquran di atas lantai atau kursi. Dilarang pula, menduduki atau menginjak Alquran. Larangan lain, jangan membaca Alquran di lokasi tidak suci, seperti kamar mandi.

Pria itu juga segera memberi syarat tambahan, yakni selepas membaca Alquran diharapkan agar ditaruh kembali di atas rak. Serta tidak membiarkan Alquran terbuka dalam kondisi terbalik. "Kenapa begitu?” tanya Jeremy.

Pria itu menjelaskan, Alquran berisi firman yang Mahakuasa, jadi seharusnya menghadap ke atas bukan ke bawah. Selepas dibaca, sebaiknya halaman terakhir jangan pula dilipat melainkan diberikan pembatas. Jeremy pun menerim syarat yang diajukan.

Setelah berkutat dengan pria itu, Jeremy mendapatkan apa yang ia inginkan. Ia tak sabar untuk segera pulang ke rumah dan membacanya. Sayang, masa adaptasi segera berakhir. Disamping itu, di Arab Saudi, Kamis dan Jumat adalah hari libur.

Tapi itu tidak masalah buatnya. Sepekan berikutnya, ia kembali meminjam Alquran dan membacanya. Entah mengapa, Jeremy merasa membaca intisari Injil dan Taurat. Padahal bukan kedua kitab itu yang ia baca.

"Hal yang menarik dalam Alquran, tidak ada sebutan "Nabi Berkata" atau "Kata Allah". Jadi, saya merasa seperti membaca apa yang disampaikan Tuhan kepadaku," ucapnya.

Segera saja Jeremy menangis. Hatinya merasa pilu, sakit dan takut. Ia melihat dirinya, keluarganya, dan teman-temannya mencerminkan sikap orang kafir, munafik dan musyrik. "Saya baca Surah Al-Baqarah (2), Ali-Imran (3), An-Nisa (4), Al-Ma'idah (5) dan Al-An'am (6), tiba di bagian akhir, saya melihat isinya padat dan ringkas," tuturnya.

Tiba-tiba, pada satu surah, yakni Al-Ikhlas yang berbunyi, "Katakanlah: Dia-lah Allah, Yang Mahaesa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan. Dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia.” Jeremy sangat terkejut.

Namun, ia mempertanyakan apakah memang benar, umat Islam benar-benar percaya Tuhan itu Esa. Jika benar, berarti ia telah mengabaikan masalah ini. "Saya terus bertanya-tanya. Saya harus mengkonfirmasi masalah ini dengan temanku yang Muslim," ujarnya.

Lalu, Jeremy pun berdialog dengan temannya yang bernama Ismail Rostron—mualaf kulit putih—dan Jamal, Muslim asal Pakistan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement