Rabu 11 Jul 2012 15:10 WIB

Jeremy Boulter: Tuhan Itu Perkasa, Tak Butuh Perantara (4)

Rep: Agung Sasongko/ Red: Chairul Akhmad
Ilustrasi
Foto: Blogspot.com
Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Sejenak pemikiran kritis Jeremy teralihkan dengan persoalan keuangan keluarga. Semenjak putranya lahir. Kebutuhan terus meningkat. Celakanya, pendapatan Jeremy tak kunjung bertambah.

Pada periode inilah, ia mulai menerima cobaan dari Yang Mahakuasa. Cobaan itu sejatinya akan membawa Jeremy pada kekuatan Tuhan seperti apa yang ia yakini selama ini.

Jeremy mulai terjerat utang. Itu terjadi karena ia memutuskan keluar dari pekerjaannya di British Council dan sekolah bahasa di Braga. Alasannya, ia ingin fokus membesarkan putranya. Guna mengimplementasikan niatan itu, ia putuskan membeli rumah karena enggan menetap di apartemen sewa.

Ia sadar bahwa kondisi keuangannya tidak memungkinkan. Oleh sebab itu, ia nekad memijam uang di bank guna membeli rumah dan membuka bisnis kecil-kecilan sebagai guru les bahasa Inggris.

Perlahan tapi pasti, usahanya itu merangkak naik. Sedikit demi sedikit, utangnya berkurang. Tapi Jeremy merasa butuh pemasukan lebih besar. Oleh istrinya, ia disarankan untuk mencari pekerjaan di luar negeri.

Kebetulan, Anabela memiliki banyak kenalan suami teman-temannya yang mencari nafkah di luar negeri. "Saya melihat hanya itu peluang untuk hidup lebih baik," kata Jeremy.

Suatu malam, Jeremy berlutut menghadap ke timur. Ia curahkan masalah yang ia hadapi kepada Sang Khalik. "Saya katakan pada-Nya, saya merasa putus asa. Saya merasa kesulitan memberi nafkah istri dan anak. Saya meminta pertolongan-Nya. Selama itulah, saya merasa nyaman, dan akhirnya terlelap dalam tidur," kenangnya.

Keesokan hari, Jeremy menerima kejutan. Dalam kolom surat kabar hari itu, terdapat lowongan pekerjaan di tempat kerjanya yang lama. British Council membutuhkan tenaga untuk ditempatkan di luar negeri. Melihat iklan itu, Anabela menyarankan suaminya agar bekerja di Timur Tengah. Di kawasan itu, menurut pemikiran Anabel, suaminya bakal mendapatkan gaji relatif tinggi.

Awalnya, Jeremy memilih Taiwan. Sayang, ia gagal mendapatkan posisi itu. Dari pilihan yang ada, tersisa Universitas Arab Saudi. Tak disangka, Jeremy diterima untuk mengajar bahasa Inggris. "Segala puji bagi Allah. Ia menjawab doaku. Tapi itu barulah awal, karena Allah memberikan sesuatu yang lebih padaku," tuturnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement