REPUBLIKA.CO.ID, Salah satu aspek kehidupan Nabi Muhammad SAW yang kurang mendapat perhatian serius adalah kepemimpinan beliau di bidang bisnis dan entrepreneurship.
Muhammad SAW lebih dikenal sebagai sebagai seorang rasul, pemimpin masyarakat atau “negara”, dan pemimpin militer.
Padahal, sebagian besar kehidupannya sebelum menjadi utusan Allah SWT adalah sebagai seorang pengusaha (pebisnis). Muhammad SAW mulai merintis karir dagangnya ketika berumur 12 tahun dan memulai usahanya sendiri ketika berumur 17 tahun.
Pekerjaan ini terus dilakukan sampai menjelang beliau menerima wahyu—saat berusia sekitar 37 tahun. Dengan demikian, Rasulullah SAW telah berprofesi sebagai pedagang selama kurang lebih 25 tahun.
Muhammad SAW adalah sosok pengusaha sukses dan kaya. Di antara informasi tentang kekayaan beliau sebelum kenabian adalah jumlah mahar yang dibayarkan ketika menikahi Khadijah.
Konon, beliau menyerahkan 20 ekor unta muda sebagai mahar. Dalam riwayat lain, ditambah 12 uqiyah (ons) emas. Suatu jumlah yang sangat besar jika dikonversi ke mata uang kita saat ini.
Dengan demikian, Muhammad SAW telah memiliki kekayaan yang cukup besar ketika beliau menikahi Khadijah. Dan kekayaan itu kian bertambah setelah menikah, karena hartanya digabung dengan harta Khadijah dan terus dikembangkan melalui bisnis (perdagangan).
Buku berjudul Beginilah Rasulullah Berbisnis ini mengupas secara mendalam “citra” lain seorang Muhammad SAW. Di mana beliau adalah sosok entrepreneur sukses yang sangat dipercaya dan disegani rekan-rekan bisnisnya.
“Beliau adalah seorang yang berhasil dalam bisnisnya tanpa menggunakan cara-cara yang tidak baik. Beliau meyakini bahwa kesuksesan bisnis berkelanjutan hanya dapat dicapai dengan cara-cara sehat,” ungkap penulis. (hlm 166).
Keberhasilan Nabi Muhammad SAW dalam berbisnis dilandasi oleh prinsip-prinsip yang kuat. Jika tidak, usahanya akan rapuh dan takkan bertahan lama. Rasulullah SAW tak hanya mengajarkan bagaimana melaksanana ibadah yang baik, tapi juga bagaimana berbisnis yang sesuai dengan nilai-nilai Islam.
Selain membahas kiat sukses bisnis Rasulullah, buku karya Hepi Andi Bastoni—mantan wartawan—ini juga mengupas tentang pentingnya harta bagi seorang Muslim, mengapa Muslim itu harus kaya, serta bahaya kemiskinan dan solusinya.
Bagi kaum Muslimin, jiwa entrepreneur atau wirausaha ini harus dikembangkan. Apalagi ketika tingkat kebutuhan tenaga kerja semakin tidak bisa mengimbangi kecepatan jumlah sumber daya manusia (SDM) yang tersedia. Tenaga kerja yang ada jauh lebih banyak daripada kebutuhan.
Rasulullah juga kerap memotivasi para sahabat untuk berwirausaha dan mandiri. “Berusaha untuk mendapatkan penghasilan halal merupakan kewajiban, disamping sejumlah tugas yang telah diwajibkan,” kata beliau.
Di lain kesempatan, Rasulullah bersabda, “Tidak ada yang lebih baik dari apa yang dimakan seseorang kecuali memakan makanan dari hasil keringatnya...” (HR. Bukhari).
Judul : Beginilah Rasulullah Berbisnis
Penulis : Hepi Andi Bastoni
Penerbit : Pustaka al-Bustan
Cetakan : I, Mei 2012
Tebal : 289 hlm