Senin 18 Jun 2012 14:28 WIB

Ketakterbandingan dalam Keserupaan (4-habis)

Ilustrasi
Foto: Blogspot.com
Ilustrasi

Oleh: Prof Dr Nasaruddin Umar

Di balik ketakterbandingan dan ketakterjangkauan-Nya, ada keserupaan. Namun, keserupaan itu mutlak adanya ketakterbandingan.

Manusia mengetahui, tetapi Allah SWT Mahatahu, manusia juga pengasih dan penyayang, tetapi Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Sifat-sifat keluhuran manusia tak dapat dibandingkan dengan Kemahaluhuran Allah SWT.

Bahasa Arab paling tepat menjelaskan ketakterbandingan ini. Untuk manusia hanya mampu menggunakan kapasitas perbuatan setimbang dengan tashrif faa'il (pelaku/pembuat), tetapi tidak sanggup menjadi fa'iil (Mahapelaku/pembuat) karena timbangan tashrif fa'iil merupakan prerogatif Allah SWT.

Contohnya, manusia adalah alim (mengetahui), baashir (melihat), saami (mendengar), raahim (penyayang); dan Allah SWT sebagai Aliim (Maha Mengetahui), Bashiir (Maha Melihat), Samii (Maha Mendengar), dan Rahiim (Maha Penyayang).

Para sufi sebenarnya bukan tidak setuju dengan konsep ketakterbandingan para mutakallimin, namun mereka menolak ketakterbandingan secara mutlak tanpa memberikan ruang keserupaan.

Justru para sufi harus lebih mendahulukan aspek ketakterbandingan itu untuk memasuki aspek keserupaan-Nya. Jika berhenti hanya pada ketakserupaan dan ketakterbandingan secara mutlak, seolah-olah Allah SWT melulu transenden, jauh, dan akan melahirkan sikap hidup yang kering dan kaku.

Allah SWT memperkenalkan diri-Nya melalui Asma dan Sifat-sifat-Nya justru bukti kemahakasih-sayangan-Nya kepada manusia. Manusia bisa mendekat lalu merasakan kedekatan, bahkan rasa penyatuan dengan-Nya.

Dampak pemahaman yang jelas tentang konsep incomparability in similarity ini diharapkan lahir manusia paripurna. Satu sisi dia takut, tunduk, taat, dan merendahkan diri kepada Tuhan-Nya, sehingga dia dengan mudah bisa menjauhkan diri dari larangan-Nya.

Namun di sisi lain, manusia juga cinta, respek, dan bertakwa kepada-Nya, sehingga dia dengan penuh semangat melakukan pendekatan diri terhadap-Nya dengan cara mengerjakan perintah-Nya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement