REPUBLIKA.CO.ID,Pada abad pertengahan, peradaban Islam tampil sebagai pelopor dalam ilmu pengetahuan. Sejarah mencatat, para ilmuwan Muslim kala itu sukses membidani lahirnya lembaga pendidikan tinggi bernama universitas ( jami’ah).
Ketika “rahim” peradaban Islam melahir kan universitas, tak ada satu pun peradaban di muka bumi yang mengenal sistem pendidikan tinggi. Eropa, misalnya, baru mengikutinya kira-kira dua abad setelah itu.
Universitas pertama yang lahir dari peradaban Islam adalah Universitas Al-Qarawiyyin ( Jami’ahAl- Qarawiyyin). Perguruan tinggi yang berada di Kota Fez, Maroko, itu didirikan pada 859 M. Tak heran jika Guinness Book of World Records pada 1998 menempatkan Universitas Al-Qarawiyyin sebagai perguruan tinggi tertua dan pertama di seantero jagad yang menawarkan gelar kesarjanaan.
Selain universitas ini, ada beberapa universitas tua lain yang lahir dari peradaban Islam, di antaranya Universitas Al-Azhar di Mesir, Universitas Sankore di Timbuktu, Mali, dan Universitas Nizzamiya di Persia.
Universitas Sankore
Universitas ini berdiri pada 989 M di Timbuktu, Mali. Lembaga pendidikan tinggi ini dianggap sebagai pusat peradaban Islam di Afrika Barat. Pada abad ke-12 saja mahasiswanya mencapai 25 ribu. Padahal, penduduk Timbuktu saat itu hanya sekitar 100 ribu jiwa. Penulis asal Prancis Felix Dubois dalam Timbuctoo the Mysterious menyatakan, Sankore telah menerapkan standar yang tinggi bagi calon mahasiswa dan alumninya.
Lulusannya saat itu mampu menghasilkan buku-buku berkualitas. Seperti halnya Universitas Al-Qarawiyyin, aktivitas keilmuan di Sankore juga bemula dari masjid. Pada 989 M kepala hakim di Timbuktu bernama Al-Qadi Aqib bin Muhammad bin Umar memerintahkan berdirinya Masjid Sankore. Di masjid itulah kemudian aktivitas keilmuan tumbuh pesat. Seorang wanita Mandika yang kaya raya lalu menyumbangkan dananya untuk mendirikan Universitas Sankore.
Universitas Al-Qarawiyyin
Cikal bakal Universitas Al-Qarawiyyin pertama di muka bumi itu bermula dari aktivitas diskusi yang digelar masjid itu. Komunitas Qairawaniyyin, masyarakat pendatang yang berasal dari Qairawan (Tunisia), menggelar diskusi itu di emper Masjid Al-Qarawiyyin. Tak hanya tempat beribadah, masjid ini oleh umat Islam di Fez, Maroko, juga difungsikan sebagai tempat membahas perkembangan politik. Lambat laun materi yang diajarkan dan dibahas dalam ajang diskusi itu berkembang mencakup berbagai bidang. Tak cuma mengkaji Alquran dan fikih, tapi juga meluas hingga ke bidang tata bahasa, logika, kedokteran, matematika, astronomi, kimia, sejarah, geografi, bahkan musik. Beragam topik yang disajikan oleh para ilmuwan terkemuka ini akhirnya membetot perhatian para pelajar dari berbagai belahan dunia. Sejak itulah, aktivitas keilmuan di Masjid Al-Qarawiyyin berubah menjadi kegiatan keilmuan bertaraf perguruan tinggi.
Universitas Al-Azhar
Berdiri sejak 969 M, bangunan universitas ini berhubungan dengan Masjid Al- Azhar di wilayah Kairo Kuno. Sumber lain menyebut, universitas ini didirikan pada 970-972 M. Universitas kedua tertua ini awalnya fokus pada bidang agama, tapi kemudian mengajarkan pula ilmu-ilmu pengetahuan modern. Universitas ini dibangun pada masa pemerintahan Dinasti Fatimiyah, sementara nama Al-Azhar diambil dari nama Sayyidah Fatimah az-Zahra, putri Nabi Muhammad SAW. Perkuliahan pertama di Al-Azhar diberi kan oleh Ketua Mahkamah Agung Abul Hasan Ali bin Al-Nu’man dengan mengambil topik yurisprudensi Syiah yang bersumber dari kitab Al-Ikhtisar.
Keberadaan Al-Azhar sebagai sebuah institusi pendidikan terkemuka dan modern juga mendapat pengakuan dari Napoleon Bonaparte. Napoleon menyebut Al-Azhar sebagai tandingan Sorbonne, universitas tertua dan terbaik di daratan Prancis.