Kamis 14 Jun 2012 17:37 WIB

Sukses tanpa Korupsi

Rep: Irwan Kelana/ Red: Chairul Akhmad
Ilustrasi
Foto: toonsmag.com
Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Tidak mudah menjadi dirut sebuah lembaga yang sedang menjadi sorotan publik. Beberapa direksi sebelumnya diadili dan di penjara, moril pegawai berada di titik nadir, dan ekpektasi yang amat besar dari masyarakat untuk mengangkat lembaga tersebut dari lumpur keterpurukan.

Karena demikian beratnya beban dan tantangan yang harus diselesaikan oleh Mustafa maka tak ada acara syukuran pascapelantikannya menjadi Dirut Perum Bulog. Ia hanya meminta doa dari keluarga, kerabat, sahabat, dan anak-anak yatim yang sengaja diundang ke rumahnya. “Menjadi Dirut Bulog merupakan tugas yang teramat berat, berliku-liku, terjal, dan licin. Kalau tidak hati-hati dan waspada bisa masuk penjara,” ujar Mustafa.

Sejak awal kepemimpinannya, Mustafa bertekad membawa Bulog keluar dari prahara dan mengembalikan institusi tersebut ke jalurnya yang benar. “Saya tidak ingin masuk penjara, dan ingin mengakhiri tugas di Bulog dengan damai,” ujarnya (hlm 54).

Secara keseluruhan, buku ini terdiri atas tujuh bab (plus satu bab terakhir yang mengabadikan kenangan dalam gambar). Bab kesatu membuka wawasan pembaca tentang makhluk apakah yang bernama Bulog itu dan apakah hanya ada di Indonesia ataukah juga di negara-negara lainnya, khususnya negara berkembang.

Bab kedua sudah mulai masuk kepada kiprah Mustafa dalam memimpin Bulog. Bab yang bertajuk “Langkah-Langkah Perubahan Penuhi Harapan” itu diawali dengan pergantian pimpinan Bulog, situasi awal manajemen baru Bulog, harapan masyarakat dan komitmen manajemen baru, hingga mengembalikan fungsi Bulog.

Langkah berikutnya yang dilakukan Mustafa adalah memperkuat manajemen dan operasional lembaga (bab keempat) dengan mengusung citra baru Bulog, membangun semangat dengan pelatihan, komitmen bersama dengan pakta integritas, bebas nepotisme, serta reward and punishment sehingga akhirnya mendapatkan apresiasi dari Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono.

Bab keenam memaparkan hasil kerja Mustafa dan seluruh karyawan Bulog. Termasuk di dalamnya jurus jitu serap gabah dan beras petani, menstabilkan harga beras, ekspor beras, Raskin Award, pulihnya sebuah kepercayaan, dan surplus plus. Pengadaan beras Bulog bisa mencapai 3,6 juta ton (2009) dan 3,2 juta ton (2008). Ini pengadaan terbesar sepanjang sejarah Bulog. Pada era Mustafa-lah Indonesia kembali bisa berswasembada beras (2008-2009).

Bab ketujuh menyajikan komentar tokoh, sahabat, dan keluarga tentang sosok Mustafa Abubakar. Mereka, antara lain, Ir H Winarno Tohir, Dr Ir Suswono MMA (saat ini menteri Pertanian), Prof Dr Bustanul Arifin, Prof Dr Ir Herry Suhardiyanto MSc, Siswono Yudohusodo, Prof Dr H Bomer Pasaribu, dan Mayjen (Purn) Sulatin Umar.

Buku ini ditulis dengan gaya bahasa yang ringan dan renyah sehingga sangat menarik untuk menyelami jurus jitu Mustafa Abubakar dalam mengatasi krisis. Jurus-jurus tersebut sangat mungkin diterapkan di perusahaan-perusahaan atau lembaga-lembaga lainnya. Itulah salah satu inspirasi yang bisa dipetik dari buku ini.

Penulis buku ini berhasil memotret kepemimpinan Mustafa Abubakar. Walaupun ia memimpin Bulog hanya dua tahun tujuh bulan, tetapi banyak capaian fenomenal yang berhasil ditorehkannya.

Judul buku      : Jurus Jitu Atasi Krisis: Pengalaman Mustafa Abubakar Memimpin Bulog

Penulis            : Rusdiono Mukri dan Yulianto

Penerbit          : Republika

Cetakan          : I, Mei 2012

Tebal              : xx+516 halaman

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement