Rabu 13 Jun 2012 21:31 WIB

Bi At-Ta'bir Ar-Ru'ya, Arti Sebuah Mimpi (2)

Rep: Nashih Nashrullah/ Red: Chairul Akhmad
Kitab (ilustrasi).
Foto: Wordpress.com
Kitab (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, Pembacaan takwil mimpi pun kadang harus merujuk pada Alquran ataupun hadis Nabi. Dicontohkannya, seperti tafsir telur dalam sebuah mimpi bisa dimaknai dengan kejadian ataupun peristiwa dalam kehidupan nyata orang yang bersangkutan dan berkaitan dengan perempuan.

Penafsiran itu merujuk pada ayat ke-49 Surah Ash-Shaaffaat yang mengibaratkan kesucian bidadari-bidadari dengan telur burung unta yang tersimpan dengan baik.

Adakalanya pula, sebuah mimpi ditafsirkan dengan lawan dari sebuah fakta. Misalnya, kondisi tertawa dalam mimpi, takwilnya bisa berarti akan menangis di kehidupan nyata. Begitu juga sebaliknya. “Bila menangis di mimpi, itu maknanya kita akan tertawa riang,” tulis Ibnu Sirin.

Melihat Allah

Di bagian utama kitab ini, penulis yang lahir pada 33 H itu mengutarakan tafsir bagi mereka yang melihat Allah dalam mimpi. Bila bermimpi melihat Allah dengan penuh kebahagiaan, kondisi yang sama akan ia rasakan saat berjumpa Allah kelak di akhirat. Bermimpi bertemu dengan Allah dan diberikan perhiasan dunia, ia akan mendapatkan cobaan berupa sakit atau ujian lainnya.

Jika bersabar, ia akan masuk surga. Sedangkan apabila bermimpi melihat Allah turun di sebuah lokasi, tempat tersebut akan diberkahi. Ibnu Sirin pun menegaskan, jenis mimpi semacam ini hanya akan dialami oleh orang-orang saleh. Selain mereka, mustahil terjadi. “Bila hanya berupa bentuk atau khayalan, ia telah berdusta dan berbid’ah ria,” tulisnya.

Sementara itu, bila ada yang bermimpi bertemu malaikat, ia akan memperoleh kemuliaan dan kebahagiaan di antara warga lainnya. Sedangkan bila mimpi melihat malaikat sedang berada di masjid, itu pertanda warga setempat harus memperbanyak doa, sedekah, dan istighfar.

Demikian halnya bila mimpi berjumpa dengan Rasulullah SAW. Bertemu dengan Nabi Muhammad SAW dalam mimpi bisa diartikan sebagai tanda datangnya kebahagiaan, baik di dunia maupun akhirat, sepanjang wajah Nabi yang ia lihat berseri-seri.

Bila sebaliknya, yaitu melihatnya dengan kondisi yang kurang berkenan, seperti marah, bisa bermakna akan mendapat kesusahan. Sedangkan melihat para nabi selain Muhammad, bisa diartikan dengan keberkahan yang melimpah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement