REPUBLIKA.CO.ID, Krisis ekonomi begitu sering menghantam kita. Pada 2008, dunia sempat diguncang dengan krisis keuangan global, kini giliran negara-negara Eropa. Hal ini dipicu krisis utang yang membelit Yunani dan merembet ke sejumlah negara di Benua Biru lainnya.
Berbagai krisis tersebut membangkitkan kesadaran baru tentang betapa pentingnya sistem alternatif untuk menyelamatkan ekonomi dan peradaban manusia.
Pilihannya saat ini, berdamai dengan sistem yang sekarang berlaku dengan segala risikonya atau menentukan aturan baru yang sama sekali berbeda untuk menyelamatkan keadaan. Dan Islam telah menawarkan sistem serta aturan yang jauh dari permainan setan yang curang dan merugikan.
Dalam buku ini, penulis menyebutkan, kehancuran dan krisis ekonomi dunia disebabkan diterapkannya sistem ekonomi setan. Yaitu, ekonomi kapitalis yang dimotori riba sebagai dasarnya.
Padahal, dalam Alquran Surah Al-Baqarah ayat 275 Allah menegaskan, “Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri, melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran (tekanan) penyakit gila.”
Instrumen riba atau bunga (interest) muncul dan semakin mengambil peran dalam ekonomi ketika manusia melakukan revolusi moneter. Yaitu, transaksi yang biasanya diwakili dengan logam mulia lalu digantikan oleh secarik kertas. Inilah awal revolusi yang menjanjikan kekayaan.
Sistem ini semakin lengkap ketika manusia mulai mengenalkan apa yang disebut persyaratan cadangan wajib (fractional reserve requirement). Dan puncaknya mereka menerima berlakunya sistem bunga yang jelas-jelas dilarang oleh agama samawi dan disebutkan secara jelas pula di Taurat dan Injil.
Menurut penulis, kehancuran ekonomi lebih disebabkan sistem moneter yang dipakai dunia saat ini. Setiap kemajuan yang dicapai sistem ekonomi kapitalis tak berarti selain dari kerusuhan dan huru-hara ( turmoil).
Ibarat balon yang terus dipompa, ia akan terus menggelembung dan tumbuh yang sering disebut sebagai pertumbuhan ekonomi. Ini biasanya digambarkan sebagai indikator kemakmuran. Pertanyaannya, kemakmuran untuk siapa? Apakah bagi semua? Yang jelas hal itu semakin menyebabkan tingginya disparitas antara si kaya dan si miskin.
Islam menawarkan sistem ekonomi baru yang sangat menjanjikan bagi kemakmuran manusia. Antara lain, memberlakukan logam mulia seperti emas dan perak dalam transaksi ekonomi. Tuhan menciptakan dua logam mulia ini bukan sekadar sebagai alat pengukur nilai atau menyimpan kekayaan, tapi juga sebagai alat tukar (medium of exchange).
Karena itu, logam mulia menempati kedudukan yang tinggi karena fungsinya dalam menjaga keadilan. Jelaslah, menjaga eksistensi keadilan ekonomi sangat erat kaitannya dengan menegakkan perekonomian yang didukung oleh mata uang yang sehat dan kuat, seperti emas dan perak.
Judul : Satanic Finance Bikin Umat Miskin
Penulis : DR Ahmad Riawan Amin
Penerbit : Zaytuna
Cetakan : I, April 2012
Halaman : 123