Selasa 05 Jun 2012 19:59 WIB

Mengapa Sufi Akrab dengan Seni? (3)

Ilustrasi
Foto: richard.seaman.com
Ilustrasi

Oleh: Prof Dr Nasaruddin Umar

Seni yang bercorak religius ini tidak perlu takut dengan pasar karena fenomena kesadaran syar'i yang semakin tumbuh di dalam masyarakat kita ternyata memberikan pasar pada karya-karya seni agung ini.

Lihatlah, misalnya lirik-lirik lagu yang bernuansa religius laku keras. Lihat pula film Ayat-ayat Cinta dan Ketika Cinta Bertasbih, dan film-film atau sinetron lain yang senapas dengannya, juga mendapatkan tempat yang berarti di dalam masyarakat.

Seni Islam tidak mesti harus bernuansa Timur Tengah (Arab). Ajaran Islam tidak identik dengan kebudayaan Arab. Islam memberikan peluang dan hak setiap budaya lokal (cultural right) untuk menampilkan, mengekspresikan, dan menafsirkan Alquran dan hadis.

Kita bisa tetap menjadi orang Indonesia, tanpa harus menyerupai orang Arab, untuk menjadi the best Muslim. "Yang paling mulia di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa." (QS. Al-Hujurat: 13).

Memang, seni dan musik tidak banyak disinggung di dalam Alquran, tetapi Alquran itu sendiri melampaui karya seni terbaik sekali pun, dan tentu Nabi Muhammad SAW juga melampaui seniman mana pun, baik pada masa turunnya maupun pada zaman-zaman sesudahnya. Salah satu kemukjizatan Alquran ialah keindahan dan ketinggian nilai seni sastra dan bahasanya.

Karunia Tuhan

Alquran juga mengisyaratkan bahwa suara yang merdu, yang menjadi unsur penting di dalam penampilan bakat seni, merupakan karunia Tuhan yang diberikan kepada orang-orang tertentu, sebagaimana dinyatakan dalam QS. Fathir: 1, "Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya."

Dalam kitab Tafsir Fakhr Al-Razi dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan keutamaan tambahan pada ayat ini ialah suara yang bagus (al-shaut al-hasan). Nilai-nilai keindahan dan kebaikan mendapatkan tempat yang positif di dalam Alquran, seperti diisyaratkan dalam QS. Al-A'raf: 32. "Katakanlah, siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezeki yang baik?"

Sindiran Alquran terhadap suara yang tidak memiliki unsur keindahan dan kasar ialah suara keledai, dinyatakan dalam QS. Luqman: 19, "Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai."

Banyak hadis menerangkan bahwa musik dan seni suara mempunyai arti penting di dalam kehidupan manusia. Para Nabi yang diutus oleh Allah SWT memiliki suara yang bagus, sebagaimana hadis Rasulullah yang diriwayatkan oleh Tirmizi dan Qatadah, "Allah tidak mengutus seorang Nabi melainkan suaranya bagus."

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement