Senin 04 Jun 2012 16:50 WIB

Apa Itu Kecerdasan Ketiga? (2)

Ilustrasi
Foto: integrallife.com
Ilustrasi

Oleh: Prof Dr Nasaruddin Umar

Mekanisme SI tidak berdiri sendiri dalam memberikan kontribusinya ke dalam diri manusia, tetapi intensitas dan efektivitasnya sangat dipengaruhi kecerdasan ketiga (SI).

SI sulit diperoleh tanpa kehadiran EQ dan EQ tidak dapat diperoleh tanpa IQ. Sinergi ketiganya disebut multiple intelligences yang bertujuan melahirkan pribadi utuh (al-insan al-kamil).

Untuk penyiapan sumber daya manusia (SDM) di masa depan, internalisasi ketiga bentuk kecerdasan ini tidak dapat ditawar lagi. Terutama di negeri kita yang generasi barunya sedang dilanda krisis karakter dan pembentukan jati diri. Di dalam Alquran, ketiga bentuk kecerdasan ini tidak dijelaskan secara terperinci.

Namun, masih perlu dikaji lebih mendalam beberapa kata kunci yang berhubungan dengan ketiga pusat kecerdasan yang dihubungkan dengan ketiga substansi manusia, yaitu unsur jasad yang membutuhkan IQ, unsur nafsani yang membutuhkan EQ, dan unsur roh yang membutuhkan SI.

Substansi manusia dalam Alquran

Substansi manusia dalam Alquran mempunyai tiga unsur, yaitu unsur jasmani, nafsani, dan unsur rohani. Keterangan seperti ini dapat dipahami di dalam beberapa ayat, antara lain, QS Al-Mu'min ayat 12-14:

"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian, Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian, Kami jadikan dia makhluk (berbentuk) lain. Maha Suci Allah, Pencipta Yang Paling Baik."

Kata khalqan akhar mengundang banyak penafsiran dalam kitab-kitab tafsir sehingga penerjemahannya juga sulit. Kementerian Agama menerjemahkannya dengan 'makhluk yang (berbentuk) lain'. Kata ini juga sering dipahami sebagai unsur ketiga atau unsur paling spektakuler pada diri manusia.

Sebagian ulama tafsir menafsirkannya dengan peniupan (installing) roh setelah unsur jasad dan nyawa (nafsani). Sama dengan nenek moyang kita Adam telah di-install roh ke dalam dirinya. Hal ini sesuai dengan riwayat Ibnu Abbas yang menafsirkan kata ansya'nahu dengan ja'ala insya' al-ruhu fihi (penciptaan roh ke dalam diri Adam).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement