Senin 04 Jun 2012 15:49 WIB

Apa Itu Kecerdasan Ketiga? (1)

Ilustrasi
Foto: integrallife.com
Ilustrasi

Oleh: Prof Dr Nasaruddin Umar

Asumsi manusia sebagai homo sapiens atau al-hayawan al-nathiq (spesies yang berpikir) ternyata dianggap keliru.

Visi baru para ilmuwan menemukan bukti bahwa porsi intelektualitas hanya merupakan bagian terkecil dari totalitas kecerdasan manusia. Kalangan ilmuwan menemukan tiga bentuk kecerdasan dalam diri manusia.

Seperti disosialisasikan Danah Zohar dan Ian Marshal, bahwa selain kecerdasan intelektual (intellectual quotient/IQ) dan kecerdasan emosional (emotional quotient/EQ), masih ada kecerdasan ketiga yang disebut dengan spiritual intelligence (selanjutnya dibaca SI), yang dipopulerkan Ary Ginanjar dengan istilah 'kecerdasan spiritual' atau spiritual quotient (SQ).

IQ ialah kecerdasan yang diperoleh melalui kreativitas akal yang berpusat di otak. EQ ialah kecerdasan yang diperoleh melalui kreativitas emosional yang berpusat di dalam jiwa dan SQ ialah kecerdasan yang diperoleh melalui kreativitas rohani yang mengambil lokus di sekitar wilayah roh.

Terlepas dari kontroversi dan validitas ilmiah ketiga kategori ini, untuk sementara di dalam tulisan ini akan ditekankan apa itu kecerdasan ketiga (SQ). Ketiga aktivitas kreatif di atas juga mengingatkan kita kepada tiga konsep struktur kepribadian Sigmund Freud (1856-1939), yaitu id, ego, dan superego.

Id adalah pembawaan sifat-sifat fisik-biologis seseorang sejak lahir. Id ini menjadi inspirator kedua struktur berikutnya. Ego bekerja dalam lingkup rasional dan berupaya menjinakkan keinginan agresif dari id. Ego berusaha mengatur hubungan antara keinginan subjektif individual dan tuntutan objektif realitas sosial.

Ego membantu seseorang keluar dari berbagai problem subjektif individual dan memelihara agar bertahan hidup (survival) dalam dunia realitas. Superego berfungsi sebagai aspek moral dalam kepribadian, berupaya mewujudkan kesempurnaan hidup, lebih dari sekadar mencari kesenangan dan kepuasan.

Superego juga selalu mengingatkan dan mengontrol Ego untuk senantiasa menjalankan fungsi kontrolnya terhadap id. (Hilary MLips, Sex & Gender: an Introduction, hlm 40).

Meskipun tidak identik, IQ dapat dihubungkan dengan id, ego dapat dihubungkan dengan EQ, dan superego dapat dihubungkan dengan SI. Pemilik IQ tinggi bukan jaminan untuk meraih kesuksesan. Seringkali ditemukan pemilik IQ tinggi tetapi gagal meraih sukses, sementara pemilik IQ pas-pasan meraih sukses luar biasa karena didukung oleh SI.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement