Senin 28 May 2012 15:04 WIB

Mengapa Alam Semesta Mau Tunduk kepada Manusia? (2)

Ilustrasi
Foto: spaceandmotion.com
Ilustrasi

Oleh: Prof Dr Nasaruddin Umar

Pendapat ini didukung oleh Alquran, “Tidakkah kamu tahu bahwasanya Allah: kepada-Nya bertasbih apa yang di langit dan di bumi dan (juga) burung dengan mengembangkan sayapnya. Masing-masing telah mengetahui (cara) sembahyang dan tasbihnya, dan Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.” (QS. Al-Nur: 41).

Ayat ini menggunakan kata man fi al-samawati wa al-ardh. Dalam kaidah bahasa Arab atau Ulumul Quran, penggunaan huruf ma menunjuk pada sesuatu yang tidak berakal dan huruf man untuk makhluk cerdas atau berakal.

Ayat di atas mengisyaratkan, makhluk berpikir dan cerdas bukan hanya di bumi, tetapi juga makhluk lain yang ada di langit.

Menurut Ibnu Arabi, keistimewaan manusia yang kemudian mengantarkannya menjadi khalifah lalu alam semesta tunduk kepadanya, sama sekali bukan karena akalnya. Ia mengatakan, kemampuan berpikir bukan ciri khas manusia, melainkan menjadi fenomena alam semesta.

“Keliru besar orang yang beranggapan keistimewaan utama yang dimiliki manusia karena ia sebagai makhluk berpikir. Keistimewaan yang dimiliki manusia adalah kesempurnaan manusia sebagai lokus penampakan nama-nama (asma) dan sifat-sifat Tuhan,” tegas Ibnu Arabi.

Alam mineral merupakan lokus paling sederhana dapat menerima penampakan tersebut, lalu disusul oleh tumbuh-tumbuhan, binatang, dan makhluk-makhluk spiritual.

Lagi pula, semua unsur alam lain ada pada diri manusia, seperti di dalam tubuh manusia ada unsur mineral (tanah dan air), tumbuh-tumbuhan, dan binatang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement