Selasa 22 May 2012 20:50 WIB

Hujjatul Islam: A Hassan, Mengobarkan Semangat Keislaman di Era Kolonial (1)

Rep: Prima Restri Ludfiani / Red: Chairul Akhmad
A Hassan
Foto: Wordpress.com
A Hassan

REPUBLIKA.CO.ID, Selama beberapa dekade, wacana tentang agama dan hukum mewarnai kehidupan berbangsa di negeri ini.

Salah satu dari isu yang paling sering muncul untuk diperdebatkan adalah penerapan hukum Islam atau syariah. Sebagian kelompok ingin mempertahankan interpretasi Islam secara formal, termasuk di dalam penerapan syariah.

Sedangkan, kelompok lain menghendaki adanya kesesuaian antara Islam dan nilai-nilai universal, seperti hak asasi manusia (HAM), demokrasi, hak perempuan, dan pluralisme agama.

Perdebatan ini sudah mewarnai Indonesia sejak awal abad ke-20, bahkan saat Indonesia masih di bawah cengkeraman kolonialisme Belanda.

Pada zaman penjajahan Belanda, kelompok Islam melakukan gerakan bawah tanah sebagai reaksi atas kondisi sosial dan politik saat itu. Di antara tokoh-tokoh Islam yang memiliki semangat dan ide-ide dalam memperjuangkan tuntutan kelompok Islam tersebut adalah Ahmad Hassan (A Hassan).

Michael Feener dalam bukunya, Muslim Legal Thought in Modern Indonesia, menyebut A Hassan sebagai penggerak atas munculnya organisasi yang bersifat sukarela, terbukanya kesempatan pendidikan, juga mendorong terbitnya media cetak. Ia pula yang mendorong lahirnya sekolah pemikir dan berkembangnya komunitas baru.

Ilmuwan Jepang, Takashi Shiraishi, menyebut masa ini sebagai age in emotion, yaitu suatu masa ketika bangsa Indonesia rajin membaca dan mendiskusikan ide-ide yang terinspirasi dari gerakan reformasi Islam dari Timur Tengah untuk pembaruan semangat keislaman dan melawan pengaruh kolonial Barat.

Kiprah A Hassan, seorang keturunan Tamil yang lahir di Singapura, dimulai saat ia bergabung di organisasi keislaman Persis (Persatuan Islam). Ia bergabung satu tahun setelah organisasi ini didirikan pada 1923 oleh sekelompok pedagang di Bandung.

Kehadiran A Hassan ini menjadikan Persis sebagai organisasi Islam yang berani menyuarakan aspirasinya pada masa itu. A Hassan sendiri dikenal sebagai tokoh yang cukup keras mengkritik praktik ibadah tradisional yang diklaim sebagai bid’ah dan khurafat.

   

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement