Rabu 16 May 2012 18:33 WIB

Bekal untuk Pencari Kebenaran

Rep: Irwan Kelana/ Red: Chairul Akhmad
Sampul depan buku O Beloved Son: Wahai Anakku Tercinta.
Foto: khatulistiwapress.com
Sampul depan buku O Beloved Son: Wahai Anakku Tercinta.

REPUBLIKA.CO.ID, Suatu hari, Hujjatul Islam Imam Al-Ghazali, menerima surat dari murid kesayangannya. Isinya meminta nasihat yang akan digunakannya sebagai bekal hidupnya.

Untuk memenuhi permintaan muridnya itu, tokoh yang digelari ‘dokter penyakit hati’ itu pun menuliskan sebuah risalah ringkas, namun sarat makna dan nasehat terbaik yang mampu menjadi obor bagi para salik yang tengah meniti jalan kebenaran menuju Allah SWT.

Dalam suratnya itu, Imam Ghazali mengingatkan muridnya agar meninggalkan perbuatan yang sia-sia. Ia pun mengutip hadis Rasulullah SAW, "Sesungguhnya seseorang yang melewatkan sesaat saja dari usianya untuk sesuatu yang tidak dijadikan Allah untuk mengerjakannya, maka ia layak untuk sangat menyesal."

Ia juga mengingatkan bahwa ilmu semata-mata tidak ada gunanya sama sekali. Sekalipun engkau sudah menuntut ilmu selama seratus tahun dan sudah menelaah seribu kitab, engkau tidak akan memperoleh rahmat Allah tanpa beramal (hlm 18). Ilmu tanpa amal itu gila, dan amal tanpa ilmu itu sia-sia belaka (hlm 31).

Hal lain yang juga diingatkan oleh Imam Al-Ghazali adalah pentingnya shalat malam. Ia mengutip ucapan Rasulullah SAW, "Sebaik-baik orang adalah dia sekiranya ia giat menunaikan shalat malam."

Lalu, apakah inti ilmu itu? Inti dari ilmu ialah ketika kamu mengetahui apa itu makna ketaatan dan ibadah. Masih ada beberapa nasihat lainnya yang terangkum dalam risalah Imam Al-Ghazali kepada muridnya yang pantas kita teladani hingga hari ini.

Judul buku      : O Beloved Son: Wahai Anakku Tercinta

Penulis            : Imam al-Ghazali

Penerbit         : Khatulistiwa Press

Cetakan          : I, 2008

Tebal                : 94 hlm

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement