REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Sukses berkeliling masjid di Amerika selama 30 hari pada Ramadhan silam, pelawak muslim, Aman Ali kembali berkeliling. Kali ini Ali memilih negara Jerman.
Ali yang berasal dari New York penasaran dengan hal menarik terkait perbedaan antar muslim yang terpisah samudera Atlantik. "Ada perbedaan besar di sini. Di Amerika, karena budaya yang terbentuk merupakan perpaduan antar budaya maka sangat mudah untuk berintegrasi," ungkapnya seperti dikutip thelocal.de, Jum'at (13/4).
Menurut Ali, dalam budaya Eropa - terutama Jerman, Denmark, Swedia dan Norwegia - identitas begitu dijaga. "Inggris misalnya, orang-orang begitu terbuka. Tapi mereka tetap menjaga identitasnya," ucapnya. Meski demikian, sikap keterbukaan itu merupakan celah bagi muslim untuk memberikan pemahaman tentang Islam. Dengan begitu, kesalahpahaman yang terjadi bakal terkikis.
"Memang ada semacam anggapan bahwa semua orang membenci kita. Tapi kebanyakan masyarakat Eropa tidak peduli dengan masalah itu," ujarnya. "Saya melihat orang hidup dengan damai dan bekerja sama begitu erat dengan tetangga mereka. Di Eropa mungkin tidak banyak, tetapi juga karena rasisme. Itu hanya masalah ketidaktahuan," tambah dia.
Fakta itu, tambahnya, seharusnya tidak membuat umat Islam untuk berhenti berusaha menjadi bagian dari Eropa. Bukan sebaliknya, lebih banyak membentuk "Little Somalia" atau "Little Maroko".
"Harusnya memang tidak ada masalah. Tetapi kenapa sulit membangun masjid di Jerman. Ini yang membuat frustasi muslim. Ini pula yang memicu banyak ketegangan," tuturnya.
Ali mengharapkan dalam perjalanannya ini akan tercipta dialog yang jujur. Beragam cerita telah disiapkan dirinya untuk dipaparkan kepada masyarakat Jerman. Ia pun tak sabar untuk segera sampai di Berlin.
"Yang membuat saya bersemangat adalah, seni budaya muslim di Jerman. Sungguh menyegarkan bagaimana budaya Islam berkkembang disini," ucapnya.
Ali sendiri mulai berkeliling, Senin (16/4) depan. Di mulai dengan Berlin dan Magdeburg.