REPUBLIKA.CO.ID, SARAJEVO--Selama berabad-abad lamanya, Sarajevo disebut-sebut sebagai Yerussalem dari Eropa. Sebab di kota ini beragama budaya, etnis dan agama hidup bersama.
Namun, cerita indah itu buyar seketika saat pasukan Serbia mengepung kota itu. Lebih dari tiga setengah tahun, Sarajevo dikepung. Para tentara Serbia Bosnia, dengan artileri berat menjadikan warga sipil sebagai sasaran empuk.
Ketika pengepungan berakhir pada Februari 1996, lebih dari 11.000 warga Sarajevo tewas. Ribuan lainnya telah terluka dan mengungsi. Sarajevo, seperti Bosnia Herzegovina, telah terbagi berdasarkan garis etnis.
Dibalik kisah kelam itu, terdapat pertanyaan besar warga Sarajevo terhadap komunitas internasional. Menurut mereka, dunia barat terlalu lambat dalam bereraksi terhadap pengempungan itu.
Elma Hasimbegovic dari Museum Sejarah Bosnia dan Herzegovina mengungkap warga Sarajevo telah dikecewakan dunia barat. "Mereka bertahan hidup tanpa bantuan dunia barat," ungkapnya, seperti dikutip euronews.com, Ahad (25/3).
Yang terjadi, kata Elma, bantuan dari dunia Islam datang begitu deras. Selama perang, bantuan datang dalam bentuk tentara asing dari Timur Tengah dan Afganistan. Bantuan lanjutan lalu datang dari negara Muslim lainnya guna membangun kembali kota yang hancur.
Ironisnya bantuan yang diberikan itu dianggap dunia barat sebagai usaha menjadikan Muslim Bosnia menjadi kelompok garis keras. Isu itu terus saja digaungkan sehingga membuat Mufti Bosnia, Mustafa Ceric berkomentar isu itu merupakan hal yang tidak adil.
"Apa yang salah dengan bantuan itu, kami disini mendapat bantuan dari semua pihak. Jadi, apakah anda harus meminta saya untuk menyatakan bantuan apa yang baik atau tidak untuk Bosnia," kata Ceric geram.
Dikatakannya, adalah kewajiban seorang muslim untuk memberikan bantuan kepada saudara-saudaranya baik yang berada di Bosnia ataupun negara-negara lain. Sebab itu, ia tidak akan menghalangi bantuan apapun yang masuk ke Bosnia.
"Saya tidak memungkin menempatkan Muslim Bosnia ke dalam bunuh diri moral untuk menyalahkan mereka yang membantu kami," "katanya.
Elma Dizdar, seorang profesor menyatakan bagian terburuk dari pengepungan adalah anak-anak yang tewas. Sayang, mereka tidak diberikan pengetahuan soal itu. "Saya berpikir ada sejumlah fakta yang harus diajarkan. Ada fakta bahwa anak-anak memiliki hak untuk tahu," kata dia.
Saat ini, diperkirakan bahwa 80 persen dari warga Sarajevo adalah Muslim. Jumlahnya naik drastis selepas perang. Sejumlah pengamat memprediksikan, Bosnia akan menjadi pusat peradaban Islam lain di Eropa