Selasa 28 Feb 2012 17:17 WIB

Suami-Suami Takut Allah

Shalat berjamaah (ilustrasi).
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Shalat berjamaah (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,  Sebuah serial televisi berjudul "Suami-suami Takut Istri" sempat digandrungi pemirsa televisi. Dengan kemasan yang menarik dan gayanya yang kocak, serial itu hadir menyentil bahkan terkadang mencoba mengangkat potret realitas seputar rumah tangga dan para tetangganya.

Ada sosok Tigor si preman berbadan besar yang sangat takut kepada istrinya. Serial ini juga menyajikan kebiasaan mereka (para suami) menggoda Preti gadis tetangga, tak terkecuali Sabeni sang RT yang dituakan. Dalam beberapa episode, serial itu juga mengangkat masalah kontekstual tentang “money politic” pemilihan pemimpin dan banyak hal lagi yang dicoba disentil lewat kemasan yang walaupun suami-suami ini selalu “berbohong pada istrinya”, namun tetap sebagai sebuah tayangan yang dinilai menghibur.

''Tidaklah cukup suami-suami takut istri, karena kalau mau selingkuh mah gampang. Semestinya, suami-suami takut Allah, itu baru sip,'' ujar seorang karyawan berstatus suami saat berbincang di pantry kantor PT Diplus.

''Wah, nanti malah ratingnya turun, nggak ada yang mau nonton, mas,'' seloroh Wandi yang biasa dipanggil Black Cat oleh teman-temannya.

                                                                     ***

Jika kita bahas lebih jauh, memang salah satu yang membentuk perilaku keseharian kita adalah motivasi. Menurut Imam Al-Ghazali, motivasi terbesar manusia adalah Khauf (takut) dan Roja (harap). Allah SWT telah mengajarkan kita tentang motivasi terbesar takut dan harap itu dalam bentuk surga dan neraka.

Dengan selalu berharap akan surga Allah dan takut terhadap azab neraka, maka konsep takwa akan dapat diimplementasikan dalam keseharian kita. Dalam surah As-Sajdah ayat 16, Allah menerangkan bahwa orang-orang yang percaya kepada ayat-ayat Allah, lambung mereka jauh dari tempat tidurnya (maksudnya adalah tidak tidur di waktu biasanya orang tidur untuk mengerjakan sholat malam) dan mereka selalu berdoa kepada Rabbnya dengan penuh rasa takut dan harap.

Memang diperlukan kesadaran untuk membentuk perilaku. Dan perilaku islami itu hanya bisa ditumbuhkan dengan kesadaran bahwa Allah yang hidup kekal lagi terus menerus (mengurus makhluknya) tidak mengantuk dan tidak pula tidur, selalu hadir, melihat dan menyaksikan semua perilaku kita. Kesadaran inilah yang membuat seseorang malu dan tak mau berbuat dosa.

Dalam sebuah hadis Rasullullah SAW bersabda, “Seseorang tidak mungkin mencuri atau melakukan kejahatan, sedangkan ia beriman kepada Allah dalam arti menyadari kehadiran dan pengawasan-Nya.'' (HR Muslim)

Dzakaro dalam arti menghadirkan dan dzikrullah dengan pemahaman selalu menghadirkan Allah akan membuat kita merasa selalu merasa tertuntun dalam setiap tingkah laku. Itulah yang selalu kita minta pula dalam surah Al-Fatihah ayat 6, ''Tunjukilah kami jalan yang lurus.”

Kata “ihdina” berasal dari kata hidayaah atau huda yang dapat diartikan dengan memberi petunjuk ke jalan yang lurus. Dan dengan meningkatkan kesadaran terhadap hadirnya Allah dalam setiap saat akan membantu kita dalam berperilaku dalam keseharian. Akhirnya membawa kita ke dalam jalan yang lurus yaitu jalan yang diridhai Allah SWT.

kesadaran tinggi terhadap pengawasan ini dinamai muraqobah. Imam Qusyairi dalam bukunya Risalah Al-Qusyairiyah menuturkan: tiga keutamaan dari kesadaran adanya pengawasan Allah itu. Pertama, muraqobah mendorong manusia melakukan evaluasi dan introspeksi diri (mahasabat Al nafs).Kedua, muraqobah meningkatkan rasa takut kepada Alloh SWT (makhafat Allah).Ketiga, muraqobah dapat meningkatkan amal kebaikan (shalih Al a’mal).

                                                                       ***

Dengan selalu mengedepankan motivasi harap dan takut akan membuat kita lebih waspada dalam setiap kesempatan. Lebih dari itu, Allah SWT menjanjikan keberuntungan atau kemenangan. Sebagaimana tercantum dalah QS  An Nuur, 24 : 52), “Dan barang siap yang taat kepada Allah dan Rasul-NYA dan takut kepada Alloh dan bertaqwa kepada-NYA, maka mereka adalah orang-orang yang mendapat keberuntungan/kemenangan”.

Dalam tafsir Al-Misbah diterangkan, kata Al-fa’izun adalah bentuk jamak dari kata fa’iz yakni peraih keberuntungan. Kata tersebut diambil dari kata fa’uz dan dapat diterjemahkan dengan keberuntungan atau kemenangan.Oleh karena itu dengan taat kepada Allah dan Rasul-Nya dan takut (disebabkan dosa-dosa yang telah diperbuat) serta bertaqwa (dalam artian menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya),  maka kita akan menjadi peraih keberuntungan atau termasuk kepada orang-orang yang meraih kemenangan. Insya Allah.

Kembali kepada konteks judul “Suami-Suami Takut Allah” adalah suatu bentuk upaya mengingatkan dan mengembalikan kesadaran kita  sebagaimana mestinya secara realita, agar judul "Suami-Suami Takut Istri" itu hanyalah sebuah bentuk hiburan tayangan televisi.

Yang memang walaupun sedikit banyaknya mengangkat potret-potret realitas, tetapi tetap tidak dalam koridor yang secara tidak langsung menyatakan bahwa sebaiknya suami-suami itu tidak seperti itu.

Hendaklah suami-suami sebagai pemimpin; kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita,…(QS. An Nisaa, 4 : 34). Memelihara dirinya sendiri, keluarga dan lingkungan agar terhindar dari api neraka.

Sebagaimana ayat, "Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka….” (QS. At Tahrim 66 : 6)

Semoga kita termasuk orang-orang yang beriman, yang selalu memelihara diri, keluarga, dan lingkungan kita agar selalu jauh dari api neraka.

Aamiin, Ya Rabbul Al Amin.

Tidaklah lebih baik dari yang berbicara ataupun yang mendengarkan, karena yang lebih baik disisi ALLAH adalah yang mengamalkannya.

Ustaz Erick Yusuf adalah Pemrakarsa Training iHAQi (Intetegrated Human Quotient)

Email: [email protected]

Twitter: @erickyusuf

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement