REPUBLIKA.CO.ID, ‘’Wahai Ummu Habibah, aku melihat tidak ada agama yang lebih baik daripada agama Nasrani, dan aku telah menyatakan diri untuk memeluknya. Setelah aku memeluk agama Muhammad, aku akan memeluk agama Nasrani,’’ ujar Ubaidillah kepada istrinya.
Ubaidillah yang dulunya tak pernah mabuk pun menjadi peminum. Sang suami pun akhirnya tewas karena terlalu banyak menenggak minuman keras. Ummu Habibah pun sempat diajak sang suami meninggalkan Islam. Namun, dengan tegas ia menolaknya. Ummu Habibah memilih tinggal di Habasyah. Ia tak mungkin kembali ke Makkah, karena ayahnya adalah orang yang paling memusuhi Islam.
Suatu malam Ummu Habibah bermimpi. ‘’Dalam tidurku aku melihat seseorang menjumpaiku dan memanggilku dengan sebutan ‘Ummul-Mukminin’. Aku terkejut. Kemudian aku mentakwilkan bahwa Rasulullah akan menikahiku,’’ tuturnya. Mimpi itu akhirnya menjadi kenyataan.
Ia dinikahi oleh Rasulullah SAW. ‘’Tanpa aku sadari seorang utusan Najasyi mendatangiku dan meminta izin, dia adalah Abrahah, seorang budak wanita yang bertugas mencuci dan memberi harum-haruman pada pakaian raja. Dia berkata, ‘Raja berkata kepadamu, ‘Rasulullah mengirimku surat agar aku mengawinkan kamu dengan beliau.”
Sungguh gembira hati Ummu Habibah. Ia lalu berkata, ‘’Allah memberimu kabar gembira dengan membawa kebaikan.’’ Abrahah lalu berkata, ‘’‘Raja menyuruhmu menunjuk seorang wali yang hendak rnengawinkanmu.’’ Ummu Habibah lalu Aku menunjuk Khalid bin Said bin Ash, sebagai walinya.
Sebagai tanda syukur, Ummu Habibah memberi Abrahah dua gelang perak, gelang kaki, cincin perak yang dipakainya. Kabar pernikahannya dengan Rasulullah SAW merupakan pukulan telak bagi Abu Sufyan.
Ibnu Abbas meriwayatkan firman Allah, ‘’Mudah-mudahan Allah menimbulkan kasih sayang antaramu dengan orangorang yang kamu musuhi di antara mereka. …“ (QS. Al-Mumtahanah: 7). Ayat ini turun ketika Nabi SAW menikahi Ummu Habibah binti Abi Sufyan.
Setelah menjadi Ummu Mukminin, ia akhirnya berkumpul bersama Rasulullah SAW di Madinah. Suatu hari, sang ayah datang menemui Rasulullah SAW di Madinah, dengan tujuan untuk bernegosiasi, karena mendengar pasukan Muslim akan menyerang Makkah.
Keimanan Ummu Habibah kembali diuji. Sang ayah mencoba untuk memperalatnya. Namun, upaya itu tak berhasil. Ia lebih mencintai Allah SWT dan Rasulullah. Abu Sufyan pun merasa makin terpukul dan kembali ke Makkah dengan perasaan kecewa.
Hingga akhirnya, kaum Muslimin berhasil menguasai Makkah. Abu Sufyan merasa dirinya sudah terkepung puluhan ribu tentara. Rasulullah sangat kasihan dan mengajaknya memeluk Islam. Abu Sufyan menerina ajakan tersebut dan menyatakan keislamannya.
Rasulullah SAW pun berkata, ‘’Barang siapa yang memasuki rumah Abu Sufyan, dia akan selamat. Barang siapa yang menutup pintu rumahnya, dia pun akan selamat. Dan barang siapa yang memasuki Masjidil Haram, dia akan selamat.’’ Inilah akhir penantian Ummu Habibah. Ia merasa bahagia, karena sang ayah telah memeluk Islam.
sumber: Dzaujatur-Rasulullah/Nisa' Haula ar-Rasul.