Kamis 23 Feb 2012 20:01 WIB

Hujjatul Islam: Ibnu Hazm, Ulama Negarawan dari Spanyol (1)

Rep: Nidia Zuraya/ Red: Chairul Akhmad
Patung Ibnu Hazm di Spanyol.
Foto: ambassadors.net
Patung Ibnu Hazm di Spanyol.

REPUBLIKA.CO.ID, Abu Muhammad Ali bin Ahmad bin Sa'id bin Hazm atau lebih dikenal dengan nama Ibnu Hazm diakui sebagai seorang ulama yang memiliki kontribusi luar biasa dalam dunia Islam.

Ia dikenal sebagai ahli fikih dan hadits sekaligus teolog, sejarawan, penyair, negarawan, akademisi dan politisi yang andal. Tak kurang dari 400 judul kitab telah ditulisnya.

Ibnu Hazm lahir di Kota Cordoba, Spanyol pada akhir Ramadhan 384 H atau bertepatan dengan 7 November 994 M. Ia tumbuh dan besar di kalangan para pembesar dan pejabat.

Ayahnya, Ahmad, adalah seorang menteri pada masa pemerintahan Khalifah Al-Mansur dan putranya, Al-Muzaffar. Kendati demikian, kemewahan hidup yang dijalaninya itu tidak menjadikannya lupa diri dan sombong. Sebaliknya, ia dikenal sebagai seorang yang baik budi pekertinya, pemaaf dan penuh kasih sayang.

Sebagai seorang anak pembesar, Ibnu Hazm mendapat pendidikan dan pengajaran yang baik. Pada masa kecilnya, ia dibimbing dan diasuh oleh guru-guru yang mengajarkan Alquran, syair, dan tulisan indah Arab (khat).

Ketika meningkat remaja, ia mulai mempelajari fikih dan hadits dari gurunya yang bernama Husain bin Ali Al-Farisi dan Ahmad bin Muhammad bin Jasur. Ketika dewasa, ia mempelajari bidang ilmu lainnya seperti filsafat, bahasa, teologi, etika, mantiq, dan ilmu jiwa disamping memperdalam lagi ilmu fikih dan hadits.

Penguasaan terhadap berbagai disiplin ilmu tersebut pada akhirnya menjadikan Ibnu Hazm seorang yang pakar dalam bidang agama. Kepakarannya ini bukan hanya diakui oleh kaum Muslimin, namun juga diakui oleh kalangan sarjana Barat.

Ada sebuah nasihat yang terkenal dari Ibnu Hazm yang ditujukan kepada para pencari ilmu. "Jika Anda menghadiri majelis ilmu, maka janganlah hadir kecuali kehadiranmu itu untuk menambah ilmu dan memperoleh pahala. Dan bukannya kehadiranmu itu dengan merasa cukup akan ilmu yang ada padamu, mencari-cari kesalahan dari pengajar untuk menjelekkannya. Karena ini adalah perilaku orang-orang yang tercela, yang mana orang-orang tersebut tidak akan mendapatkan kesuksesan dalam ilmu selamanya,'' pesannya.

Terjun ke politik

Sebagai anak seorang menteri dan hidup di lingkungan istana, Ibnu Hazm mulai berkenalan dengan dunia politik ketika berusia lima tahun. Saat itu, terjadi kerusuhan politik pada masa pemerintahan Khalifah Hisyam II Al-Mu'ayyad (1010-1013 M) yang mengakibatkan Hisyam beserta ayah Ibnu Hazm diusir dari lingkungan istana.

Keterlibatan Ibnu Hazm di bidang politik secara langsung terjadi pada masa pemerintahan Khalifah Abdurrahman V Al-Mustahdir (1023 M) dan Khalifah Hisyam III Al-Mu'tamid (1027-1031 M). Pada masa kedua khalifah ini Ibnu Hazm menduduki jabatan menteri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement