Rabu 22 Feb 2012 12:58 WIB

Bekal Sehat ke Tanah Suci

Rep: Irwan Kelana/ Red: Chairul Akhmad
Jamaah haji di Masjidil Haram (ilustrasi).
Foto: Antara/Prasetyo Utomo
Jamaah haji di Masjidil Haram (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, Untuk berhaji, seorang Muslim harus mampu dalam segi fsik (istitha’ah badaniyah), materi (istitha’ah maliyah) dan keamanan (istitha’ah amniyah). Mampu secara materi dan keamanan, insya Allah tidak ada kendala yang berarti.

Namun, yang justru yang perlu mendapatkan perhatian lebih adalah mampu fisik. Sebab, fakta menunjukkan tingginya angka kesakitan dan kematian jamaah selama berhaji.

Hal yang perlu disadari oleh setiap calon jamaah haji (juga jamaah umrah) adalah aktivitas ibadah haji (juga ibadah umrah) mayoritas melibatkan fisik. Aktivitas fisik itu terutama pada saat kegiatan tawaf, sa’i, wukuf, dan melontar jumrah. Kegiatan ritual tersebut memerlukan ketahanan fisik yang cukup prima.

Selain itu, untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lain, jamaah haji tidak selalu bisa mengandalkan sarana transportasi umum karena adanya kendala kemacetan. Sebagai alternatif, jamaah dapat menempuhnya dengan berjalan kaki. Karena itu, mampu fisik sangat penting bagi calon jamaah haji, bahkan menjadi syarat utama bagi mereka yang berkeinginan melaksanakan ibadah haji ke Tanah Suci.

Buku yang berasal dari disertasi penulisnya di Fakultas Kedokteran UI  ini memaparkan rahasia bugar sehat saat berhaji dan umrah. Penulis menegaskan, semestinya, selain mempersiapkan ilmu amalan/doa manasik haji, kemampuan fisik jamaah juga perlu dipersiapkan agar ia mampu beradaptasi dengan kondisi di Tanah Suci, yang berbeda dengan Indonesia.

Menurutnya, sejak dari registrasi, deteksi riwayat kesehatan calon jamaah haji harus dilakukan agar penyelenggara ibadah haji (pemerintah atau pihak berwenang) mengerti karakter kesehatannya. Misalnya, ada calon jamaah haji yang mengidap gangguan ginjal, ada yang mengidap diabetes, dan ada juga yang memiliki penyakit dengan risiko tinggi karena tergolong sudah manula.

Untuk  memahami riwayat kesehatannya, mereka (para calon jamaah haji) itu diharapkan mau mengikuti serangkaia tes kemampuan fungsional. Tes yang paling sederhana adalah dengan meminta mereka melakukan tes berjalan kaki dalam hitungan waktu tertentu. Penulis menyebutnya dengan “Test Berjalan 6 Menit”. Ini tes yang menggabungkan pengamatan kemampuan berjalan seseorang dengan menghitung denyut nadinya.

Penulis juga menekankan pentingnya perubahan paradigma persiapan calon jamaah haji. Kalau sebelumnya 70 persen manasik ibadah dan 30 persen fisik, maka kini harus dibalik menjadi 70 persen fisik dan 30 perse manasik ibadah.

Secara keseluruhan, buku ini terdiri dari lima bagian. Bagian pertama mengupas ibadah haji dan umrah, napak tipas aktivitas Nabi, disusul bagian kedua tentang ibadah fisik (ini ibadah, bukan berwisata). Dan bagian ketiga yang menekankan mampu fisik (sehat badan) itu sebagai hal yang mutlak diperlukan. Bagian keempat menjelaskan bahwa rahasia kesehatan tersebut ada di kaki. Sementara bagian kelima menekankan tentang pentingnya persiapan fisik agar bugar dan sehat sejak di Tanah Air. Untuk itu perlu berlatih kontinyu.

Buku sangat perlu dibaca oleh para pembuat kebijakan, praktisi dan pemerhati masalah perhajian di Indonesia.

Judul buku    : Rahasia Bugar Sehat Saat Berhaji & Umrah

Penulis         : Dr dr H Syarief Hasan Lutfie Sp KFR

Penerbit       : Tinta Medina

Cetakan       : I, Juli 2011

Tebal           : xxx+146 hlm

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement