REPUBLIKA.CO.ID, Banyak hadits lemah dan palsu yang beredar di masyarakat, dan karena ketidaktahuan sebagian besar kaum Muslimin, maka hadits lemah dan palsu itu kerap dijadikan sandaran dalam beribadah.
Padahal kaum Muslimin diharuskan berpegang teguh pada hadits-hadits sahih (yakni hadits yang benar sanad atau riwayatnya sampai ke Rasulullah dan benar pula isinya) dalam pelaksanaan suatu ibadah.
Sebaliknya, merujuk kepada hadits-hadits dhaif (lemah) bahkan maudu’ (palsu) bukanlah bentuk ittiba’ (mengikuti, mencontoh) kepada Rasulullah SAW yang menjadi syarat kedua sahnya suatu ibadah setelah ikhlas kepada Allah SWT.
Pemalsuan hadits terjadi ketika batas waktu antara masa Rasulullah SAW dan penulisan hadits secara lengkap dan resmi baru terjadi pada awal abad kedua Hijriyah. Hal ini memberikan peluang munculnya para pemalsu hadits dengan berbagai latar belakang dan kepentingan mereka. Akibatnya, bermunculanlah hadits-hadits palsu, yang dapat mengancam kemurnian akidah, ibadah dan lain sebagainya.
Oleh karena itu, mengetahui hadits-hadits lemah dan palsu mengenai ibadah, merupakan suatu hal yang penting dan berguna bagi kaum Muslimin. Dengan demikian, mereka tidak menjadikan hadits-hadits lemah dan palsu tersebut sebagai rujukan dalam beribadah.
Buku ini menghimpun hadits-hadits lemah dan palsu dalam masalah ibadah yang mencakup thaharah (bersuci), shalat, jenazah, zakat, puasa, dan haji. Penulis menjelaskan sebab-sebab kelemahan hadits tersebut, baik dari segi sanad maupun matan, disertai pula komentar para ulama ahli hadits, seperti Imam Al-Baihaqi, Ibnu Hajar, Syekh Nashiruddin Al-Albani, dan lain-lain.
Banyak hadits lemah/palsu yang dikupas dalam buku ini merupakan hal yang seringkali ditanyakan oleh umat Islam, atau bahkan sudah menjadi dalil yang dianggap benar adanya. Misalnya, masalah air dua qullah untuk wudhu, najis dan cara membersihkannya, hal-hal yang membatalkan wudhu, mengusap sepatu dan balutan, hal-hal yang berkaitan dengan mandi junub, haidh, dan tayamum.
Hal-hal yang terkait shalat, misalnya waktu-waktu shalat dan qadha shalat, sifat shalat, sujud sahwi, tabir dalam shalat, serta shalat seorang musafir dan menyatukan dua shalat. Persoalan lain yang tidak kalah pentingnya adalah puasa sunah, qadha dan kafarat, dan i’tikaf. Sementara terkait ibadah haji, penulis juga menerangkan hadits-hadits lemah dan palsu, yakni miqat dan thawaf dan sa’i.
Judul buku : Hadits-hadits Lemah dan Palsu Dalam Ibadah
Penulis : Zakariya bin Ghulam Qadir Al-Bakistani
Penerbit : Darus Sunnah
Cetakan : II, 2010
Tebal : 560 hlm