REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ustaz Toto Tasmara
Bukalah jendela hatimu, biarkan cahaya Ilahi menerpa seluruh sudut kehidupanmu. Engkau bersuka cita di bawah semburat cahaya mentari. Rumahmu, tempat engkau tinggal, bukanlah kuburan kelompok tertentu. Indah bangunannya, mahal harganya, luas tempatnya, tetapi hanya sekadar membungkus seonggok daging dan tulang, baunya busuk, keabadiannya sirna, peti yang kukuh semakin rapuh, dan kemudian berdebu, lalu tubuhmu sirna.
Rumahmu yang sebenarnya bukanlah wujud keindahan yang hanya bisa dipandang dengan mata telanjang. Rumahmu adalah jiwamu yang wibawanya kau pantulkan dari cara memandang dengan mata hatimu yang memancarkan rasa iba kepada saudara-saudaramu.
Sukma tak akan pernah sirna, tetapi menjulang ke langit, karena di sanalah ia berawal. Sedangkan raga yang kosong dari cinta dan diliputi keserakahan akan tenggelam memasuki tanah-tanah busuk yang hitam berlumpur, bergabung dengan rayap yang bersembunyi dalam kegelapan.
Sebab itu, hiasilah rumahmu dengan roh yang memancarkan kemuliaan akhlak. Poleskan cahaya persaudaraan penuh cinta. Karena kelak, para penduduk di rumahmu akan bergabung di surga Aden. Mereka saling bertegur sapa dalam damai. Duduk bertelekan bangku-bangku panjang, dibalur wewangian bunga-bunga teratai yang tak pernah layu, wanginya membuat seluruh anggota keluargamu terbang menari dengan sayap-sayap para malaikat. Zikir dan rintihan harapan yang kau gemakan selama hidupmu akan berubah menjadi musik surgawi yang memeluk kemesraan. Itulah hari yang dijanjikan, suatu perhelatan reuni abadi yang diperuntukkan bagi mereka yang hatinya dipenuhi tamu-tamu cinta. (QS [13]: 23).
Akhlak para penghuni rumah yang senantiasa membuka mata hati melebarkan jiwa kedermawanan, akan menjadi gelas-gelas berisi penuh air mahabbah (cinta). Rumahmu adalah miniatur dari rumah keabadian. Rumah yang para penghuninya merasa damai sejahtera berlimpah cinta, itulah surga. Baiti jannati-(rumahku surgaku).
Rumah bukan hanya sekadar berteduh. Ia adalah pelabuhan hati, di mana para pengembara akan berangkat dan berlabuh melepas desah lelah perantauannya. Ia adalah saksi bisu yang merekam keluh kesah para penghuninya. Jadikanlah shalat adalah tiangnya, zikir sebagai fondasinya, dan bacaan Alquran adalah cahaya yang akan menerangi setiap pori-pori para penghuninya.
Inilah cara dan ciri orang-orang mukmin menjawab seruan Ilahi. "Quu anfusakum wa ahlikum naran.” Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.” (QS at-Tahrim [66]: 6).
Dalam badai kehidupan yang bertuhankan materi, masyarakat dajjalis yang kehilangan hidayah Ilahi. Masyarakat yang dilanda oleh defisit kejujuran dan inflasi kebohongan. Benteng terakhir yang tidak boleh runtuh adalah rumah.
Maka, jadikanlah rumahmu sebagai madrasah rohaniah yang akan melahirkan generasi baru pewaris cita-cita risalah. Generasi Rabbaniyah, generasi yang menjunjung akhlakul karimah. Bertindak cerdas penuh integritas dan tangkas menundukkan dunianya. Generasi yang mampu menancapkan panji-panji keteladanan. Menyuntikkan serum kejujuran dan menggapai bintang-bintang prestasi. Ini semua diawali dari rumah. Wallahu a’lam