REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, Indonesia memiliki potensi menjadi industri strategis. Sedikitnya, ada empat industri srategis yang berpotensi, yaitu butik, makanan halal, perbankan syariah dan konten media religi.
"Empat hal ini mutlak. Karena dengan populasi demikian besar kebutuhan akan keempat hal itu sama besarnya," ungkap Direktur Karim Business Consulting, Adityawarman Karim, saat berbicara dalam seminar Kebangkitan Ekonomi Islam di Universitas As-Syafiiyah, Jakarta, Rabu (18/1).
Karim menjelaskan, potensi Indonesia sebagai kiblat dunia makanan halal dunia merupakan bentuk dari anugerah populasi Muslim demikian besar.
"Banyak negara lain yang belajar standar halal di Indonesia bukan karena ingin menerapkan di sana, tetapi ingin menjadikan Indonesia pasar produk halal mereka," kata Karim.
Pada potensi industri butik, menurut Karim, terlihat dari banyaknya umat Islam, utamanya Muslimah, yang gemar berbusana Muslim."Anda kaum Muslimah paling punya jilbab satu pasang saja, tapi anda tahu bagaimana cara mengkreasikan jilbab sehingga tidak terlihat monoton. Jadi, tak heran ada buku yang menampilkan materi 66 cara mengenakan jilbab. Tapi itulah potensi yang ada. Bagaimana Muslimah begitu menaruh perhatian pada saat berpenampilan," kata dia sembari tersenyum.
Untuk media konten religi, Karim mengatakan pemahaman agama di Indonesia beragam sehingga konten religi memiliki potensi besar karena peminatnya besar."Lihat saja, umat Islam itu gemar membaca atau mendengarkan konten religi dari serius hingga moderat. Dari Jamaah sampai mamah dedeh. Dari tayangan televisi yang menghadirkan materi yang bagaimana gitu hingga tayangan religi yang memicu gelak tawa," kata dia.
Terakhir, Keuangan syariah." Kita bisa jadi yang terbaik di dunia. Itu sudah dimulai dari sekarang. Insya Allah terus berkembang," katanya.
Namun, potensi itu akan percuma apabila Indonesia tidak mengoptimalkan ekonomi berbasis nilai-nilai Islam atau disebut ekonomi Islam.