REPUBLIKA.CO.ID,WASHINGTON--Generasi baru Muslim AS sewajarnya mulai terlibat dalam aktivitas masyarakat AS seperti kegiatan pelayanan, politik, adovkasi, ekonomi dan lainnya. Dengan demikian mempermudah Muslim AS berintergrasi dengan warga AS lainnya.
"Satu hal yang belum dilakukan Muslim AS adalah keterlibatan mereka dalam aktivitas masyarakat," papar peneliti dari Pitapolicy, Mehrunisa Qayyum, seperti dikutip globalarabnetwork.com, Selasa (18/10).
Menurut Mehrunissa, kurangnya keterlibatan Muslim AS itu menyebabkan kesalahpahaman kian mendalam. Kesalahpahaman yang dimaksud bukan hanya menyangkut masalah stereotip kelompok yang ditakuti tetapi juga kelompok yang tidak memberikan sumbangsih terhadap AS.
"Jelas terlihat dari kontroversi 51 Park di Manhattan atau isu anti Syariah di sejumlah negara bagian," paparnya.
Mehrunissa mengungkap sumbangsih Muslim AS boleh dibilang minim ketimbang komunitas lain di AS. Meski demikian, sejumlah organisasi komunitas Muslim sudah mulai memikirkan sumbangsih mereka. Hanya saja, perlu diperkuat dan diperluas.
Sebagai contoh, ungkap Merhrunissa, Lembaga Jaringan Aksi Islam Amerika (IMAN) telah menawarkan sebuah klinik kesehatan gratis dan menumbuhkan rasa cinta terhadap seni melalui kafe dan festival musik. Atau Asma Uddin dengan Altmuslimah.com, situs yang membahas gender dalam Islam melalui kerangka dialog interaktif via internet.
Lain lagi dengan Khaled Beydoun dan Hamada Zahawi yang mendirikan lembaga yang membantu siswa SMA melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Dan baru-baru ini, Beydoun dan Zahawi telah menawarkan lokakarya gratis untuk siswa dari keluarga berpendapatan rendah dan latar belakang etnis minoritas untuk memperkuat peluang mereka diterima untuk program pendidikan tinggi.
"Kontribusi macam inilah yang melahirkan optimisme terkait penerimaan warga AS terhadap komunitas Muslim," pungkasnya.