Senin 11 Apr 2011 17:18 WIB

Tidak Terbukti, Isu Pemurtadan di Sekolah Fajar Hidayah

Suasana di satu kelas Sekolah Islam terpadu Yayasan Fajar Hidayah, Blang Bintang, Aceh Besar
Foto: Fajarhidayah.com
Suasana di satu kelas Sekolah Islam terpadu Yayasan Fajar Hidayah, Blang Bintang, Aceh Besar

REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH - Koordinator tim investigasi, Teuku Said Mustafa, menyebutkan isu penodaan agama dan pemurtadan di sekolah Islam terpadu Yayasan Fajar Hidayah di kawasan Blang Bintang, Kabupaten Aceh Besar, tidak terbukti.

"Kami menyimpulkan isu dan dugaan penodaan agama Islam atau pelecehan Al Quran dan penyebaran aliran sesat, termasuk dalam program pelatihan Fahmul Quran kepada tenaga pendidik di Fajar Hidayah, tidak terbukti," katanya di Banda Aceh, Senin (11/4).

Hal itu disampaikan disela-sela menyerahkan hasil kerja tim investigasi terhadap kasus anarkis dan isu pendangkalan aqidah di Sekolah Islam Terpadu Yayasan Fajar Hidayah Blang Bintang, Aceh Besar.

Tim terpadu itu antara lain terdiri dari pemerintah, kepolisian, Majelis Pendidikan Daerah (MPD), Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU), dan tokoh masyarakat. Aksi anarkis itu terjadi pada 26 Nopember 2010.

Klaim beberapa pihak menyebutkan program pelatihan Fahmul Quran kepada tenaga pendidik dengan menggunakan potongan ayat Al Quran yang terserak di lantai, setelah diteliti ternyata hanya digunakan sebagai alat peraga sebagai metode pembelajaran, kata dia.

Pemerintah Aceh bersama unsur terkait membentuk tim terpadu untuk menginvestigasi kasus tersebut, setelah terjadinya aksi anarkis seribuan masyarakat yang mengakibatkan kerusakan di gedung Yayasan Fajar Hidayah.

"Potongan kerta karton bertulisan Arab agar menjadi bagian kalimat bermakna. Kondisi itu sama sekali tidak terbukti adanya indikasi untuk melecehkan Al Quran atau sengaja melakukan pendangkalan aqidah," katanya menyebutkan.

Namun, tim investigasi juga merekomendasikan 10 butir kepada Yayasan Fajar Hidayah untuk ditindaklanjuti. Rekomendasi itu, antara lain meminta Fajar Hidayah agar meningkatkan koordinasi dan kerja sama yang baik dengan lembaga-lembaga serta instansi terkait dan masyarakat sekitar gedung tersebut.

"Kami juga merekomendasikan Fajar Hidayah agar mengedepankan kearifan lokal, seperti pemisahan ruang inap guru antara laki-laki dan perempuan, termasuk ruang makan serta menyediakan menu makanan sesuai selesar peserta," kata Said.

Fajar Hidayah perlu meningkatkan sarana dan prasarana yang cukup dan perekrutan peserta pelatihan agar disesuaikan dengan kapasitas yang tersedia. "Penggunaan metodologi yang bersifat 'fun learning dan metode matching card' khusus terhadap penggunaan potongan bahasa Arab hendaknya tidak dilakukan di atas lantai namun di letakkan di atas meja untuk menghindari perbedaan persepsi dan juga sesuai kearifan lokal," kata dia.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement