Jumat 15 Jun 2018 10:41 WIB

Perjuangan Dai IZI Menembus Jalanan demi Sapa Warga Mualaf

Warga berharap memiliki mushala sendiri.

Menembus pedalaman demi bertemu penduduk mualaf.
Foto: IZI
Menembus pedalaman demi bertemu penduduk mualaf.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Agenda buka puasa bersama Inisiatif Zakat Indonesia (IZI) kali ini sasarannya adalah warga Desa Boladangko, Kecamatan Kulawi, yang merupakan salah satu Desa dengan populasi penduduk Muslim minoritas. Sebanyak 27 Kepala Keluarga (KK) Muslim dan sebagian besar dari mereka adalah Mualaf. 

Perjalanan menuju lokasi harus ditempuh sejauh 75 kilometer (km). Dengan kondisi jalan yang rusak, dibutuhkan waktu selama 2,5 jam untuk tetap berjuang lewati halang rintangan ini.

Selama perjalanan, IZI turut disambut oleh derasnya hujan. Kondisinya memang mengkhawatirkan, melihat struktur tanah yang sangat labil dan bisa saja terjadi longsor kapan saja. Alhasil, hanya sedikit warga yang hadiri acara rutin di mushala.

Di tengah hujan yang deras, IZI tetap berdiskusi dengan warga mualaf di sebuah mushala kecil. Dari diskusi tersebut, banyak hal yang mereka sampaikan.

photo
Perjuangan IZI demi bertemu warga mualaf.

"Salah satu yang menjadi perhatian kami adalah cerita tentang kondisi masyarakat muslim yang ada di Desa Tangkulowi, dengan jumlah 25 KK Muslim tapi tidak satu pun terdapat sarana ibadah di sana," kata juru dakwah IZI.

Mereka inginkan agar dibangun sarana ibadah, minimal langgar atau mushala. Seperti yang dituturkan oleh Taufik, salah seorang Tokoh di Desa Boladangko. "Kasihan mereka Pak, kalau bisa dibantu biar hanya dengan mushala, kami prihatin kalau ada warga Muslim yang meninggal kami cuma bisa menshalatkan jenazah di rumah kami yang sempit, kami mau bawa ke masjid akan tetapi jauh sekali jaraknya, dan harus menyeberangi sungai lagi." tutur Taufik kepada para Juru Dakwah yang dikirimkan oleh IZI ke pedalaman Sulawesi Tengah pada Jumat (8/6) kemarin.

Sebenarnya masyarakat sudah melakukan swadaya untuk mengupayakan bisa membangun Musholla berukuran 6x6 meter. Namun, dengan kondisi ekonomi masyarakat yang rendah hal yang bisa dibangun hanya pondasi masjid.

"Sedih rasanya membayangkan kondisi masyarakat di Desa Tangkulowi ini, ada saudara kita yang belum bisa beribadah dengan baik hanya karena tidak punya rumah ibadah, padahal di desa tersebut sudah akan berdiri Gereja yang ketiga," tambah Taufik.

Semoga ada kepedulian bagi sesama muslim kepada mereka yang hidup di tengah mayoritas pemeluk agama lain untuk bisa beribadah dengan baik. Seperti halnya kita yang hidup di Kota, bisa menikmati Ramadhan dengan penuh cinta dan kebahagiaan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement